Kelemahan Rissa adalah dalam hal kepekaan, tapi itu keunggulan milik Kalina yang memiliki tingkat kerasionalan yang rendah. Setelah makan siang dengan menu Pizza saos tomat segar dipadukan keju lokal yang sangat enak, otaknya tidak bisa berpikir secara sehat. Ia merasa nyaman ketika lukisan Leonardo Da Vinci di pertontonkan hingga mengiyakan ajakan makan malam romantis yang Abi adakan. Akibatnya sekarang Rissa harus membuka koper keramat yang Kalina punya. Banyak gaun indah dan dress mahal yang bisa ia kenakan tentunya ia akan memilih yang sopan-sopan.
Ada gaun berwarna merah dengan tali spagetti yang mempertunjukkan bagian dada yang akan tumpah memenuhi meja, itu bukan pilihan tepat. ada gaun hijau tua dengan lengan panjang namun bawahannya mendekati pangkal paha, itu pilihan laknat. Ada gaun warna hitam kelam dengan desain tanpa lengan namun tertutup di depan dan berlubang layaknya sundel bolong di belakang, ini pilihan tidak bermartabat.
Setelah Carissa berpikir dalam-dalam. Ia menjatuhkan pilihan pada gaun ketiga, setidaknya Abi memandang bagian depan dan bagian belakang akan tertutup kursi. Sempurna.Untuk make up, tentu Rissa bisa walau tak semahir Kalina. Setidaknya wajahnya tidak terlihat sepucat mayat.
Seperti biasa, Abi terlihat keren dengan jas hitam disertai dasi kupu-kupu. Pria ini bersikap Gentel dengan menggandeng tangannya, menyewa mobil sport yang Kalina suka. Rissa seperti wanita normal lainnya yang juga akan tersanjung dengan semua yang Abi pertunjukkan tapi Rissa juga terluka karena tahu jika semua ini bukan untuknya.
Mereka makan di sebuah restoran italian klasik yang berada di dekat Colloseum. Ketika malam menjelang tempat bersejarah yang dibangun kekaisaran Romawi itu terang benderang disertai kemerlap cahaya lampu warna-warni. Konon restoran yang dipilih Abi, dulunya restoran kelas atas bangsa Romawi. Tempat kunjungan orang-orang elite setelah menonton hiburan di Colloseum.
“Kamu menyukai restoran yang ku pilih?”
Rissa melihat gaya bangunan dengan pilar putih yang kokoh. Di langit-langitnya terdapat lukisan dewa-dewi Yunani yang sedang menanti panah eros. Di dindingnya banyak terdapat lukisan sayur, anggur dan buah lainya. Tadi air mancur yang di depan dengan patung Dewi Athena. Restoran ini indah tapi menurut sudut pandang Kalina jawabannya pasti berbeda.
“Restorannya sangat romantis,” jawabnya sambil melihat orkestra kecil di panggung, sepertinya restoran ini juga mengijinkan pengunjungnya untuk menikmati musik dengan berdansa. “Terima kasih bunganya.”
Sayangnya bukan itu jawaban yang Abi inginkan.