Cahaya adalah segalanya bagiku. Aku hanya mengikuti cahaya yang bagiku aman dan membuatku nyaman kapanpun aku di dekatnya. Hingga, sang pemilik cahaya itu muncul di hadapanku dengan wajah yang tak tampak senang denganku.
Hai, aku Cahya Lailia, seorang gadis yang sering kali dipuji akan kepintaran pada hal akademik. Belajar setiap hari tanpa melihat waktu adalah kebiasaanku dimanapun aku berada. Tidak ada kata lelah bagiku untuk mengejar nilai di sekolah. Rasanya sangat senang sekali saat aku mendapatkan rangking terbaik. Tetapi, lama-lama aku bosan dengan kata "nilai" dan setiap validasi dari orang-orang yang juga memiliki ekspektasi besar padaku. Aku membencinya dan aku ingin bebas sebenarnya. Tapi, kenapa aku harus dikurung setiap saat, bagaikan seekor burung yang harus patuh dengan tuannya. Aku juga ingin sama seperti mereka, tolong biarkan aku bebas.

Kebebasan adalah keinginanku yang sebenarnya dan selalu kupendam rapat-rapat. Hingga akhirnya, diumurku yang ke-4 atau saat aku beranjak bersekolah di taman kanak-kanak, aku bertemu seseorang yang bagiku dia begitu hangat dan bebas seperti yang kuinginkan sebelumnya. Dia adalah Maharani Bulan Adellia, seorang anak yang umurnya sama denganku dan dia adalah anak guruku. Dia begitu cantik bagiku, matanya yang lebar, kulitnya yang putih, dan lebih tinggi dariku. Sangat cantik.
Setiap hari aku bertemu dengannya, tetapi hanya aku saja yang mengenal namanya. Alasannya sangat mudah, karena setiap pulang sekolah aku harus les pada ibunya. Belajar membaca, berhitung, dan menulis berbagai kata setiap harinya. Tetapi, aku penasaran, kenapa Bulan juga tidak belajar? Padahal ibunya adalah seorang guru yang hebat. Lagian, kenapa Bulan terlalu terlihat seperti anak yang santai dan tidak terikat apapun? Aku ingin bebas sepertinya. Aku juga ingin dekat dengannya, karena aku ingin tau apa arti bebas sebenarnya.