Ini Bukan Laut Belanda

Charisma Rahmat Pamungkas
Chapter #1

The Fountain of Youth

Sebagian besar pelaut meyakini adanya Mata Air Keabadian, atau The Fountain of Youth. Sementara itu, para musafir mafhum akan keberadaan Al-Khidr, sosok nabi yang didesuskan abadi, yang warga Melayu sebut dengan nama Khaidir.

Senada dengan dua kelompok manusia tersebut, para cerdik cendekia di gurun percaya keberadaan Sang Alkemis. Beliau pakar alkimia pencipta Batu Bertuah, pengubah benda apapun menjadi emas, serta pemilik Ramuan Keabadian yang memperpanjang umur peminumnya.

Sambungkan ketiga legenda yang sah-sah saja disebut sebagai mitos itu, jadilah pemikiran khas Sahin Andi Ambo Gau. Dia pedagang sayur di pasar Wahanten Girang. Kepada pembeli yang mau mendengarkan, dia kerap bercerita, “Tahukah kau tentang Khaidir?” 

Pertanyaan itu dilanjutkan dengan cerita bahwa Khaidir mendapat ilmu sakti langsung dari Gusti Allah dan menggunakan ilmunya untuk menciptakan Batu Bertuah serta Ramuan Keabadian. 

Dengan kedua benda itu, beliau hidup abadi melintasi zaman. Beliau yang membantu Musa belajar kebijaksanaan! Mata Air keabadian beliau ciptakan di Florida sana. Beliau pula yang memberitahu para Wali cara mendirikan basis operasi di Jawa!

Apa pun ceritanya tentang Nabi Khaidir, Sahin selalu memungkasinya dengan, “Kepada Sultan Ageng, Khaidir memberitahukan cara menciptakan armada laut yang lebih kuat dari kapal-kapal VOC Batavia sekalipun!”

Para pembeli biasanya hanya manggut-manggut sambil menyerahkan uang, menerima sayur yang bagus-bagus. Lalu, segera pergi setelah menerima belanjaan. Kadang, ada pembeli yang sampai menanggapi, macam, “Oh, seperti itu, ya?” Lalu, dia cepat-cepat pergi (setelah membeli dagangan Sahin yang memang berkualitas semua) karena mungkin takut juga otaknya ikut rusak seperti milik si tukang sayur.

Si pedagang sayur dikenal dengan nama Gau di kalangan saudagar Tionghoa. Takut “dari jung turun ke sampan,” alias turun martabat, para saudagar Tionghoa menjauhi si Jelata yang Aneh.

Lihat selengkapnya