Setiap hari Jumat, di sekolah gue ada yang namanya “Kimbani”. Itu adalah sebuah singkatan yang gue lupa kepanjangannya apa. Intinya, sih, semacam kajian keagamaan untuk para siswa laki-laki yang diadakan setiap selesai shalat Jum’at. Gue dan teman-teman biasanya nggak terlalu memperhatikan materi yang diberikan, karena kami sibuk ngobrolin video game atau anime.
Dari sekian banyak materi yang disampaikan, ada satu materi yang gue dan temen-temen paling sebal; yaitu materi tentang pacaran.
Meskipun waktu SMP (dan, jujur aja, sampai sekarang) kami semua cuma sekumpulan cowok-cowok nerd, kami pernah, sedang, akan, atau minimal pengen banget pacaran. Pokoknya topik “nggak boleh pacaran” itu jadi topik yang paling kami hindari. Selama tiga tahun SMP, topik pacaran adalah materi yang paling sering dibahas di sesi Kimbani.
Gue dan dua orang teman gue adalah tiga orang di circle kami (yang berisikan sebelas orang) yang paling aktif pacaran. Jadinya, setiap topik itu keluar, kami jadi sering bolak-balik ke kamar mandi secara bergantian. Malah pernah suatu hari kami ke izin ke toilet sekaligus bertiga dan malah duduk-duduk di samping gedung sekolah dalam waktu yang nggak kami sadari ternyata cukup lama. Pas kami kembali, kakak pemberi materinya sampai nanya,
“Kalian bertiga ngapain lama-lama di kamar mandi?”
Sekaligus mendapatkan tatapan-tatapan curiga dari teman-teman yang lain.
Pernah satu waktu gue dan teman-teman kabur dari kimbani secara berjamaah untuk main game online di warnet.
“Oke, begitu selesai Jumatan, kita pergi berdua-berdua,” kata gue. Sambil makan siang, gue dan teman-teman berkumpul di sebuah pojokan di kantin untuk merencanakan kabur berjamaah tersebut.
“Terus tasnya gimana? Kan tas nggak boleh dibawa tas ke masjid?” tanya teman gue.
“Gampang,” kata gue. “Abis ini, satu-satu kita bawa tas dan simpen di belakang sekolah. Nanti abis Jumatan, tinggal ambil.”
Sekolah gue dulu gede banget, dari TK sampai SMA nyatu dalam satu kompleks. Saking luasnya, ada banyak gang kecil dan jalan-jalan belakang yang ngubungin antar bangunan dan antar tingkatan. Gue yang udah sekolah di situ sejak kelas 1 SD lumayan hafal sama jalur-jalur belakang itu.
Sesuai rencana, kami bertiga membawa tas kami satu per satu dan nyimpan tas itu di salah satu gang belakang. Waktu satu orang bawa tas, yang lainnya bertugas ngawasin keadaan sekitar. Soalnya, menjelang waktu salat Jumat, biasanya guru-guru suka berjaga di beberapa titik buat memastikan nggak ada murid yang nekat bawa tas ke masjid.