Pukul 17.25. Jika kebanyakan rekan kerjanya buru-buru meninggalkan kantor, Agnes malah berdiri tenang di balkon lantai 17 Menara 33. Rambut hitam sebahunya bergerak-gerak ditiup angin, namun gadis itu sama sekali tidak merasa terganggu. Ia menikmati ketenangan senja. Tatapannya lurus pada warna jingga yang menjadi latar belakang gedung di seberang.
“Memang, di sana nanti, langitnya beda?” tanya Ramli yang sejak tadi memperhatikan dalam hening.
“Beda!”
“Lebih bagus?”