Ini Negeriku

R Fauzia
Chapter #9

PAK RT, Pahlawan Warga

Ramli menebar lampit di ruang kerja Seno. Tikar berukuran 2 x 1.5meter yang terbuat dari bilah bambu tersebut ia geser merapat ke dinding dan partisi pembatas ruang kerja Project Manager. 

 “Kamu dari mana?”  

“Dari Musala. Ambil ini.” 

“Kok, lama?

Sholat dulu.” 

“Bukannya tadi udah?”

“Yang barusan, Sunah.”

Walau tidak paham, Agnes tidak bertanya lagi. Gadis itu duduk di depan meja kerja Seno. Diletakkannya gawai dan senter yang menyala di atas meja. Begitu lampu meja di lantai dinyalakan oleh Ramli, senter pun dimatikan.  

“Ini buat kamu tidur. Bisa berdua Atin biar ada temen.”

“Makasih.” Agnes merasakan hatinya tersentuh dengan perhatian itu. Namun kemudian, ia berkata, “Kayanya akuenggak mungkin bisa tidur.”

Ramli yang sudah memakai sandal jepit sejak waktu Magrib tadi, melepas alas kakinya. Melewati lampit, ia berjalan ke bangku putar Seno, lalu duduk di hadapan Agnes. Gadis itu terlihat muram. 

“Mau tidur? Biar saya panggilin Atin,” tanya Ramli. Namun, yang ditanya malah balik bertanya, “Kamu enggak telepon orang rumah, Ram?” 

“Udah tadi abis Maghrib.”

“Telepon istri?”

Ramli tertawa tanpa suara, lalu ia bertanya, “Keliatan udah nikah, ya?” 

“Enggak, sih. Cuma, di sini ternyata banyak juga yang sudah nikah.”

“Enggak banyak. PM-PM, iya. Sherly, baru sebar undangan.”

“Sherly yang mana, ya? Yang bareng-bareng terus sama Alma bukan?” Agnes sengaja mencari bahan obrolan ringan untuk mengenyahkan rasa cemas yang semakin meraja-lela. 

“Itu, Dini,” jawab Ramli, “Sherly yang rambutnya panjang. Suka dikuncir.”

Lihat selengkapnya