Ini Negeriku

R Fauzia
Chapter #13

2 x 24 Jam

Atin menyodorkan kerudung persegi empat miliknya pada Ramli. Dengan wajah bingung, pria itu membentangkannya lebar-lebar. 

“Bukan begitu, Mas Ramli!” tukas Atin, diambilnya kembali selembar kain itu. Kemudian, ia lipat membetuk segita sama kaki dan langsung menyerahkannya pada Agnes. 

“Harus pakai ini?” tanya gadis itu lesu.  

“Pake, Mbak Agnes! Tadi sekuriti cerita. Di kantor sebelah, ada pegawai perempuan mukanya kaya Mbak Agnes! Sipit-sipit gitu padahal dia Islam. Dia dijemput sama bapak-ibunya, dipakein kerudung. Di mobilnya ditaroin sajadah biar aman.”

Hati kecil Agnes ingin memberontak dan berteriak menerima penjelasan yang terdengar sangat diskriminatif. Namun, ia tahu semua teman-temannya di situ berniat membantu, mencarikan solusi yang dianggap terbaik untuknya. 

“Ayo, nanti keburu kemaleman!” Ramli mengingatkan. 

Dua puluh sembilan jam berlalu dari saat mereka menerima kabar terakhir tentang Fanesia kemarin sore. Beberapa saat setelah menutup telepon, Agnes memohon pada Ramli untuk mengantarnya menjemput sang adik di Jagakarsa, di rumah keluarga yang menolongnya. Namun, setelah mencari tahu tentang kondisi kerusuhan dari beberapa kerabat, teman, bahkan dari kepala sekuriti, Ramli meminta Agnes untuk menunggu hingga keadaan lebih kondusif. 

Mendapat penolakan, gadis itu sempat bertekad untuk pergi sendiri hingga Jean dan Patrick berusaha mencegah. 

Udin yang diminta Agnes untuk mengantarnya dengan motor juga menolak dengan alasan tidak bisa meninggalkan istrinya yang sedang hamil besar. Tidak ingin, gadis yang tengah panik itu nekad, Ramli memanggil Pak Polisi yang berjaga di lantai 18, memintanya menjelaskan situasi jalan di Jakarta. Mendengar betapa berbahaya kondisi di luar sana terutama bagi dirinya, Agnes akhirnya berpasrah pada keputusan Ramli.  

“Ada peniti, Mbak Atin?” Setelah terdiam beberapa saat, akhirnya Agnes memutuskan untuk menerima saran memakai kerudung. 

“Itu, Mbak! Saya cantolin di ujungnya!” jawab Atin sambil menunjuk pada penutup kepala. 

“Kerudungnya udah saya pakein minyak telon, Mbak Agnes. Biar wangi!” ucapnya lagi. Dibantunya Agnes menyematkan peniti. 

Lihat selengkapnya