Ini Negeriku

R Fauzia
Chapter #18

Tempatku Bukan di Sini

Dua minggu berlalu tanpa Agnes dan Ramli saling bertemu. Bukan karena mereka masih saling marah. Namun, keduanya merasa perlu menjernihkan pikiran. Perasaan yang tumbuh subur untuk satu sama lain dirasa terlalu menakutkan, terutama bagi Agnes. 

Ramli yang kelihatan lebih murung dari biasanya cukup sering menjadi sasaran godaan Sherly dan Thamrin. Seno, sahabat terdekat takbisa bisa menahan diri untuk berkata, “Wis ta’ bilangin, toh! Berat, Ram! Ne’ wis terlanjur cinta.” 

Selama dua minggu itu, Agnes lebih sering makan siang bersama Fitri dan Inggrid. Kedua senior baik hati itu menjadi tempat curhatnya. Ternyata cukup banyak bocoran yang bisa didapatkan dari mereka berdua, termasuk kabar tentang Dini yang tidak bisa move on dari Ramli padahal mereka hanya sebatas teman, tentang posisi Rudi yang akan digantikan oleh Ramli, serta tentang hal-hal lain yang tidak penting namun membuat Agnes semakin rindu. 

Jika perasaan itu terlalu kuat untuk dihiraukan, gadis itu menelepon Tante Jeni. Dari istri Cing Abdil itu, Agnes mendengar bahwa Ali, adik bungsu Ramli ternyata sedang dalam tahanan karena terlibat dalam aksi kekerasan saat kerusuhan bulan Mei. Yang mengejutkan, Pak Abdullah, sang ayah menolak membebaskan anaknya. Ia berpendapat bahwa perbuatan kriminal harus diselesaikan secara hukum. Saat Agnes memuji keputusan itu, Tante Jeni berkata, “Dia baik, Nes. Tegas! Tapi, dia enggak suka pendatang. Dari mana pun!” 

“Ramli kenapa beda sendiri, Tante?” tanya Agnes ketika itu.

“Ram ‘kan lebih banyak di sini dari SD sampai selesai kuliah. Lulus terbaik dia, loh!” Ada kebanggaan yang tulus dalam suara Tante Jeni. 

“Kamu lagi marahan sama Ramli?” tanya perempuan yang divonis oleh dokter tidak bisa memiliki keturunan itu. 

“Bukan marahan, Tante. Cuma dinginin kepala.”

“Ram banyak cerita tentang kamu.”

“Dia bilang apa, Tante?”

“Perasaan kalian sama. Tapi, dia enggak mau buat orang tuanya kecewa. Dia juga enggak mau kamu seperti Tante.”

“Seperti Tante gimana?”

“Dibuang sama keluarga sendiri. Enggak diterima sama keluarga suami.”

“Ram bilang begitu?”

Lihat selengkapnya