"Kamu tahu apa soal fotografi, Ger," ujar Rafanda ketus. Cewek ini paling tidak suka kalau hasil karyanya diprotes oleh orang yang menurutnya tidak kompeten sama sekali. Apalagi foto yang sudah susah payah dijepretnya malah dikomentari negatif oleh Gerry.
"Justru ini bernilai. Ini foto human interest," Rafanda kembali menjelaskan. Dia melirik sinis Gerry yang berdiri di sisi jendela ruang kuliah yang kacanya terlihat bening. Tahu apa dia soal komposisi, lighting, kontras warna? Tahunya dia hanya bermain silat. Sama sekali ga menarik. Rafa nyeletuk sendiri dalam hati.
Gerry menarik segaris senyum. "Lumayan," ujarnya sembari menaruh sehelai foto bergambar seorang nelayan sedang membentangkan jala di sebuah danau. Nuansa biru terpancar dari foto itu, "Sorry, aku hanya melihat dari sisi pandangku,"kata Gerry seraya melangkahkan kaki ke pintu. Rafa menghela napas panjang.
"Sekali-kali bilang gini, Rafa, karyamu keren. Atau Rafa, kamu udah bisa bikin pameran sendiri," celetuk Rafanda sembari membereskan foto-foto yang diperlihatkan kepada Gerry saat kuliah Pak Gaffar tuntas. Percuma saja bicara dengan Gerry. Dia tidak tahu soal keindahan.
"Kamu mau kemana?" Rafanda menjejeri langkah pria jangkung berkemeja kotak-kotak biru itu. Gerry berhenti. Dia tersenyum tipis. Melihat wajah Rafa.
"Kamu gak akan tertarik, Rafa."
"Memangnya mau kemana. Aku suka hal-hal yang menantang dan baru," mata Rafa berbinar. Kalimat "kamu tidak akan tertarik" dari Gerry barusan pastilah hal baru baginya. Soalnya, sudah dua kali dia mendengarkan itu dan dia selalu menikmati ajakan Gerry.
Pertama, Rafa ingat betul saat Gerry mengatakan,"kamu tidak akan tertarik, Rafa."
Tapi Rafa nyatanya tertarik dengan kegiatan Gerry yang kunjungan bersama teman komunitas peduli aksaranya di rumah singgah anak. Cowok ini kadang tak terduga, ujarnya dalam hati. Di mata Rafa, Gerry cowok yang rajin belajar tapi juga aktif berorganisasi. Dia juga mengikuti perkumpulan bela diri di kampus. Gerry kuliah di Fakultas Ekonomi, tetangga fakultas dengan Rafa. Tak heran, saat hendak pulang dia mampir ke fakultas Rafa.
Meski agak pendiam, Rafa tahu Gerry disukai teman-temannya. Itu karena dia sangat sulit berkata "tidak" saat orang lain meminta bantuannya. Termasuk pada dirinya sendiri. Rafa paling sering minta diantar pulang jika Dewi, sohibnya harus tinggal lebih sore di kampus karena sibuk urus senat mahasiswa Fakultas Fisip, Universitas Negeri Biru.