Langit senja benar-benar pergi. Bayangan masa lalu berseliweran di kepala Gerry. Saat dia dan Rafa masih di SMA. Hingga petaka itu datang. Gerry menarik napas panjang lalu mengembuskan ke udara. Seolah ingin melepas semua resah di hatinya. Gerry menatap Bapak yang masih duduk di kursinya. Ada rasa kecewa sekaligus rasa bersalah yang sangat dalam.
Gerry kembali memandang jauh ke arah cakrawala. "Aku hanya perlu waktu, Pak," ujar Gerry dengan suara berat. Wajah bapak terlihat serius. Dia menghela napas panjang.
"Ini dosa masa lalu yang membuatku tersiksa," Bapak terlihat sangat menyesal. Dia menunduk. Menatap cangkir kosong di depannya.
"Maafkan aku..." suara Bapak terdengar berat. Dia mengusap wajahnya dengan kedua tangannya.
"Waktu tak bisa diputar kembali," ujar Gerry. Masa lalu itu kembali hadir dan membuat dadanya terasa sesak.Seperti dihimpit dua batu gunung yang besar.
* * *
Gerry benar-benar shock saat tahu siapa pelaku pemerkosa Rafa sebenarnya. Orang yang selama ini membesarkannya sejak usia tujuh tahun tega berbuat keji dan menghancurkan hidup orang lain.
"Dia pelakunya," ujar Sersan Heru sembari melihat ke arah ruang tahanan. Gerry mendekat. Ingin rasanya dia menghilangkan orang yang telah menodai Rafa. Namun, saat selangkah lagi kakinya berada tepat di depan jeruji, pemuda itu justru melihat wajah orang yang begitu dekat dengannya. Mata kedua orang itu bertemu.
"Bapak khilaf..." ujar seorang pria paruh baya dengan suara parau saat melihat amarah terpancar dari mata Gerry. Tangan Gerry mengepal. Rahangnya mengeras. Tubuhnya bergetar menahan emosi yang akan meledak.
Dia meninju tembok berkali-kali hingga tangannya berdarah. Dari keterangan penyidik kepolisian Gerry tahu kisah tragis malam itu. Bapak angkatnya, pulang dalam keadaan mabuk usai bertemu teman-teman lamanya.
"Menurut pengakuan pelaku, dia tak sengaja melihat seorang gadis berjalan sendirian. Saat itulah, pikiran cabulnya muncul," ujar Sersan Heru.
Rafa dilumpuhkan sekali pukul di kepala bagian belakangnya. Gadis itu lalu dibawa ke rumah rekannya yang kebetulan sedang kosong. Warga datang saat mendengar jeritan suara perempuan dari dalam rumah.
Satu kenyataan pahit harus diterimanya. Pemerkosa Rafa adalah bapak angkatnya sendiri. Dia tahu, Bapak selama ini kesepian sepeninggal ibunya. Tapi mengapa harus begini kejadiannya?
Gerry terduduk lemas di kursi. Rasanya sulit menghadapi kenyataan itu. Dia sepertinya tak sanggup menghadapi Rafa setelah keluar dari kantor polisi ini. Darah masih menetes dari punggung tangannya. Gerry berdiri dan meninggalkan kantor bercat krem itu dengan lunglai.
* * *