Gerry baru saja keluar dari kamar mandi. Dia menyetel televisi di ruang keluarga. Dia duduk sembari meraih sebuah roti isi cokelat buatan tantenya. Di rumah itu Gerry tinggal bersama Tante Ida. Sedangkan bapak angkatnya masih di Malaysia.
Baru saja satu suapan ke mulutnya, Gerry dibuat terkejut dengan tayangan bencana gempa dan tsunami di Palu di layar televisi. Ratusan orang dikabarkan meninggal, dan sebagian masih tertimbun rumah dan gedung.
Dia bergegas mengambil ponsel yang tergeletak di meja. Menelpon seseorang.
"Daftarkan namaku di tim. Aku ke posko sekarang." Gerry menutup telpon.
Dia masuk ke kamar. Mengambil tas dan beberapa lembar baju. Lalu bergegas ke halaman depan. Di sana sudah ada Tante Ida yang sibuk menata bunga.
"Mau kemana Ger bawa tas besar," ujar Tante Ida saat Gerry bersalaman dengannya.
"Mau ke Palu tante. Tim ku akan berangkat siang ini," ujar Gerry.
" Ada apa Nak?" tanya Tante Ida dengan kening berkerut.
" Ada gempa di sana. Aku dan tim harus membantu tante. Doakan aku," ujar Gerry menyalami perempuan paruh baya itu.
"Kamu hati-hati ya, Nak," ujar Tante Ida, perempuan paruh baya, adik dari ibu Gerry. Wajahnya tersenyum. Rambutnya pendek dibiarkan tergerai.
Gerry mengangguk. Bergegas menyalakan mesin motor dan berlalu dari rumah bercat cokelat itu.
* * *
Setengah jam kemudian, Gerry tiba di posko SAR. Di sana sudah sangat ramai oleh relawan. Dia langsung bergabung dengan beberapa orang yang berpakaian orange.
"Operasi kita kemungkinan akan berlangsung cukup lama. Ada banyak korban pada bencana kali ini,"ujar seorang pria berperawakan tinggi besar. Di depannya berdiri enam orang termasuk Gerry. Mereka sedang tahap persiapan pemberangkatan. Beberapa perlengkapan SAR berada di sekeliling mereka.
"Kita akan berangkat sore lewat jalur udara. Saya sudah mendaftarkan tim kita untuk berangkat paling awal," jelasnya lagi.
"Siap, Pak," jawab mereka hampir bersamaan.
"Ada pertanyaan?" tanya Pak Syarif pemimpin operasi Palu.
"Bagaimana dengan bantuan darat? Kami dengar jalur ke sana terputus," tanya anggota SAR lainnya.
Pak Syarif terdiam sejenak. "Nanti tim dua yang akan memastikan itu," ujarnya.
"Briefing cukup. Tolong pastikan semua list sebelum berangkat," tutupnya.