Tante Risa tersenyum menyambut kedatangan Gerry di rumahnya. Dua hari lagi, opening butik The Sun Flower milik Tante Risa. Seperti yang dijanjikan sebelumnya, Gerry datang untuk mencoba kemeja desain dari Tante Risa.
"Fa, tunjukin kemejanya buat Gerry ya," pinta Tante Risa. Gerry mengangguk mengikuti langkah Rafa dan ibunya.
"Tante tinggal dulu ya," ujar Risa meninggalkan Rafa dan Gerry di ruang tamu. Gerry tersenyum saat Rafa mengajaknya ke lantai dua rumah itu. Dia duduk dan melihat Rafa mengambil kemeja putih gading dengan garis biru tua.
"Coba nih," ujar Rafa.
"Sekarang?"
"Tahun depan. Ya sekarang lah. Ayo buka baju kamu baru pakai ini," pinta Rafa.
"Buka di sini?"
"Upss, iya hehehhe. Tuh di balik tirai itu."
Gerry meraih kemeja dari tangan Rafa. Dia melangkah ke tirai dan berganti baju.
"Bagus ga, Ger?"
"Bentar!" jawab Gerry dari balik tirai biru tua itu.
Sesaat Gerry sudah keluar dari balik tirai pembatasnya. Rafa tersenyum. Dia mendekat mengamati Gerry.
"Kamu kelihatan keren pakai kemeja itu."
"Katamu, aku selalu jelek."
"Tunggu sebentar."
Rafa bergegas menuju lemari kamera. Membuka penutup lensa dan bersiap memotret Gerry.
"Kamu mau memotretku?"
"Ya. Buat teman boneka beruang di kamar."
Selesai memotret, Rafa mengamati frame demi frame. Gerry mendekatinya dari belakang ikut mengamati hasil foto Rafa.
"Hemmm. Keren juga," gumam Rafa.
"Baru nyadar ya?" suara Gerry yang berada dekat di telinganya membuat Rafa terkejut. Dia berbalik. Wajahnya begitu dekat dengan Gerry. Jantung pemuda itu berdebar kencang tanpa sanggup dikontrol. Gerry tak menyangka Rafa berbalik sedekat itu. Mereka bertatapan sesaat lamanya. Rafa tersenyum manis. Gerry makin salah tingkah.
"Fotoku bagus kan?"
"Hem, eh i-iya, ya."
"Iya kan?" Rafa makin melotot dan mendekat ke wajah Gerry.
Dia heran melihat ekspresi Gerry. Dia tidak tahu kalau pria di depannya sedang sibuk menenangkan detak jantungnya.
"Hei! Wajah kamu kenapa jadi aneh gitu sih? Fotoku jelek ya Ger?"