Di tengah suasana opening butik, Rafa dan Bara masih berbincang. Mereka tak menyadari sepasang mata menyaksikan keakraban mereka sejak tadi.
"Kalau hunting nanti aku boleh ikut ga. Aku kan guru kamu?"
"Boleh. Tempatnya bagus. Temanya nature gitu. Pasti kamu akan suka."
"Kamu masih ingat kalau aku suka fotografi alam, Fa. Aku senang,'' Bara benar-benar bahagia bisa mengobrol lagi dengan Rafa.
"Tapi nanti aku minta bantuan kamu untuk...'Ups au." tiba -tiba seorang anak kecil menabrak Rafa membuat minuman di tangan gadis itu tumpah dan mengenai gaunnya.
"Maafin aku, Kak," ujar bocah perempuan berusia tujuh tahun yang menabrak Rafa. Dia sedang bermain dengan teman-temannya.
"Kamu Aysha kan? Anaknya Tante Mirna. Ga apa apa kok. Hati-hati ya," Rafa tersenyum. Bara mendekat dan melihat noda di baju Rafa. Dia segera mengambil sapu tangan. Melap noda itu dengan lembut.
"Gaun kamu basah, Fa," ujar Bara sambil terus berusaha membersihkan gaun Rafa. Tapi, noda itu tak juga hilang.
"Sudah, Bar, ga apa-apa kok," ujar Rafa yang merasa tidak enak karena sahabatnya sedang melihatnya. Bara segera membuka blazer dan mengenakannya ke tubuh Rafa yang malam itu mengenakan dress bernuansa salem. Bara tersenyum manis.
"Memakai gaun basah nanti kamu sakit, Fa," ujar Bara menatap lekat-lekat ke mata gadis itu. Rafa balas menatapnya.
"Terima kasih."
Bara tersenyum. Pia yang melihat itu gregetan.
"Duh, romantis banget sih," bisiknya di telinga Dewi.
"Bakal ada drama seru nih," celetuk Dewi.
"Maksudnya apa nih?" tanya Pia bingung.
Rifqi terdiam. Dia tahu apa yang akan terjadi berikutnya. Diam-diam, Rifqi mengamati sikap Gerry yang belakangan ini berbeda terhadap Rafa.
"Kamu akan kalah jika hanya diam, Ger," gumamnya.
Di luar ruangan, mereka tidak tahu ada sepasang mata yang memerhatikan adegan itu dari balik jendela kaca samping butik sejak tadi. Gerry meraih ponselnya.
Handphone Rafa berdering. Nama The Bodyguard tertera di layarnya.
"Sebentar Bar. Ada telepon." Bara mengangguk.
"Ger, kamu di mana? Kok ga balik-balik?"
"Aku di luar."
"Kok ga masuk?"
"Tadinya, aku mau masuk, tapi…."
"Kan ada Bara, kita baru ketemuan lagi setelah sekian lama."
"Aku tahu."
"Kamu mau kemana?"
"Aku ada urusan mendadak,Fa."
Gerry menutup teleponnya. Rafa termangu. Bara mendekat.
"Gerry kemana, Fa?"
"Katanya ada urusan mendadak."
"Oh gitu.Fa, kita ngobrol di teras depan yuk," ajak Bara.
Rafa mengangguk. Usai meninggalkan pesta opening butik ibunda Rafa, Gerry mempertanyakan kedatangan Bara. Gerry menangkap sinyal jelas bahwa Bara sepertinya kembali hanya untuk meraih hati gadis itu kembali. Mestinya, dia turut senang melihat keceriaan Rafa bersama Bara.
* * *
Rafa sedang menyeruput jus jeruk saat Gerry datang dan duduk di depannya.
"Udah makan?"
"Belum. Tunggu kamu."
Gerry melirik jam tangannya. Dia mengusap kepala Rafa.
"Kamu mau sakit?" Gerry berdiri menuju counter ayam goreng langganan mereka.
Rafa tersenyum melihat Gerry memesan makanan. Sambil menunggu pesanan, Rafa sibuk berbalas pesan dengan Bara di WA.