“Aku ga mau naik perahu itu, Ger,” tolak Rafa.
“Ini masih cukup untuk satu orang, ayo naik, Fa,” desak Gerry.
Rafa menggeleng. Dia menatap perahu bercat hijau dan kuning di depannya. Di atasnya sudah ada Gerry, tiga anggota timnya dan Asma. Huh, dia lagi!
“Rafa ikut aku saja,” sambar Bara yang lalu menuntun tangan Rafa menaiki perahu biru yang berada di belakang Gerry.
“Ok, hati-hati ya,” seru Gerry getir melihat Rafa dan Bara bersama dalam satu perahu. Pagi itu mereka akan menelusuri sungai hijau yang di sisi kanan kirinya adalah tebing menjulang.
Beberapa kali, Gerry menatap ke arah perahu yang berjalan pelan di belakangnya. Rafa terlihat selalu tersenyum saat Bara berbicara.
Lima perahu menelusuri sungai yang mengalir tenang. Beberapa penumpang di atasnya sibuk mengabadikan pemandangan. Mereka adalah tim fotografi, teman Rafa yang nanti akan memamerkan hasil hunting mereka kali ini.
Rafa tampak bersemangat mengarahkan kamera SLR nya mengambil angle menarik. Sementara Bara juga terlihat sibuk mengabadikan foto Rafa.
“Senyuman ini yang tidak bisa kulupakan dengan mudah. Kamu makin menarik, Fa.”
Bara memerhatikan hasil jepretannya di kamera. Tak menyadari sepasang mata ikut memerhatikannya.
“Oh jadi sejak tadi kamu foto aku? Apa ga ada objek lain?” tanya Rafa yang membuat Bara terkejut.
“Cuma satu objek yang menarik saat ini, yaitu kamu,” ujar Bara tersenyum dengan mata berbinar.
“Dasar kamu!” Wajah Rafa bersemu merah. Dia menahan senyum lalu kembali mengarahkan kameranya pada pemandangan di depannya.
“Fa,” sapa Bara.
“Ya,” jawab Rafa sembari memotret tebing di depannya yang dibelah oleh aliran sungai.
“Tempat ini indah ya?” Bara mengumpat dalam hati.
“Kenapa malah kalimat seperti ini?” Padahal hatinya ingin mengatakan cinta namun yang terucap hanya kalimat itu. Rafa mengangguk seraya memandang landscape alam yang indah.
Kamera Rafa menangkap kedekatan Gerry dan Asma di perahu. Asma terlihat memegang kamera Gerry. Sepertinya, Gerry sedang membagi wawasan fotografinya pada Asma.
“Sok ngajarin orang, dia sendiri ga tahu motret, huh,” gumam Rafa memasang wajah kesal. Bara memerhatikan ekspresi Rafa mengikuti kemana arah pandang kamera Rafa. Pemuda itu tersenyum dan semakin mendekatkan diri pada Rafa.
“Fa, sejak kapan Gerry belajar motret? Setahuku dia cuma bisa silat.”
“Sejak dia gaul sama teman-teman di UKM Fotografi.”
Bara tersenyum lebar.
“Oh rupanya dia sekarang menggunakan fotografi itu untuk dekati Asma, hehehe…. Ger, Ger…”
“Kayaknya kebalik, Bar. Gadis itu yang selalu mendatangi Gerry,” jawab Rafa dengan nada ketus.