APAKAH tujuan manusia diciptakan oleh Allah? Allah pernah berfirman di dalam Hadits Qudsi, “Aku ingin dikenal, maka Aku ciptakan makhluk (Nur Ahmad).” Lalu, bagaimana dengan manusia yang hanya menyembah Allah tapi tidak mengenal Allah? Apakah ia akan bisa kembali kepada Allah sedangkan ia tidak tahu cara kembali kepada Allah? Bagaimana dengan manusia yang hanya bertuhan Allah tapi tidak pernah mengenal siapa Allah? Aku ingin dikenal, maka Aku ciptakan makhluk. Jadi, Allah ingin dikenal. Lalu, kenapa manusia tidak pernah berpikir untuk mengenal Allah, dan justru sibuk dengan urusan dunia? Apakah dunia dapat menyelamatkan manusia jika murka Allah datang padanya? Sekali lagi tidak. Sama sekali tidak. Dan apakah dunia dapat menolong manusia supaya mengenal Allah? Sama sekali tidak. Sebab Allah menciptakan manusia bukan untuk urusan dunia.
Wisnu. Nama pemuda itu adalah Wisnu. Lengkap-nya adalah Wisnu Wardhana. Dulu ketika ia baru lahir, ayahnya sudah mempersiapkan sebuah nama yang sangat indah—yang tentu saja cocok dengan keelokan paras dan postur tubuhnya, Muhammad Salehudin. Wajahnya yang oval, bulat sempurna. Hidungnya mancung, bibirnya kemerahan seperti memakai gincu, padahal tidak, bulu matanya lentik, bola matanya seperti memakai lensa, tengahnya berwarna kecokelatan dan korneanya biru muda, seperti ia bukan orang Jawa, dan tubuhnya tidak begitu tinggi juga tidak begitu pendek. Kalau berjalan ia sangat santun. Langkahnya lebar-lebar seperti orang hendak berlari. Namun nama itu diurungkannya dengan alasan agar tidak ikut-ikutan memakai nama Arab. Lalu disematkannya nama Wisnu Wardhana karena nama Wisnu adalah nama dari langit.
Bukankah Wisnu adalah nama salah seorang dewa? Benar. Dewa adalah orang manusia-manusia pilihan Allah yang ditugaskan untuk bersujud dan berukuk di langit sana. Dan Wisnu adalah manusia yang telah moksha. Lalu ia bereinkarnasi menjadi manusia yang lain agar kembali suci ketika kembali kepada Allah, Tuhannya. Apakah reinkarnasi ada di dalam Al-Qur`an? Oh tentu saja ada. Bukankah reinkarnasi adalah salah satu ajaran di dalam agama Hindu? Benar. Tapi, bukankah Hindu adalah suatu ajaran untuk mengenal Tuhan Yang Mahatinggi? Mengenal ruh? Mengenal siapa diri manusia?
Oleh sebab itulah namanya Wisnu Wardhana dengan sebuah doa dan harapan agar kelak, ia menjadi hamba yang mengenal Tuhannya.
Ia telah mengkhatamkan pendidikannya di jurusan Psikologi salah satu universitas terbaik di kota Malang. Dan sebelumnya ia menyelesaikan sekolah menengah umumnya di salah satu Madrasah Aliyah yang masih satu atap dengan pesantren tertua di kota Probolinggo, Jawa Timur. Sejak ia MI, ia selalu menjadi ranking satu. Pernah ia ranking dua ketika saingannya menyontek. Kemudian, setelah peserta ujian dijaga ketat oleh guru pengawas, dan jenis buku apa pun tidak luput dari pengawasan, sehingga peserta ujian tidak bisa menyontek, ia kembali merengkuh ranking pertama.
Bahkan pada ujian Ebtanas, ia berhasil menjadi ranking pertama, menerima piala, hadiah dan beasiswa. Akhirnya ia melanjutkan sekolahnya ke salah satu sekolah menengah pertama terbaik di kota. Namun, bak bermimpi di siang bolong, ketika mau melanjutkan ke SMA, tiba-tiba ia memutuskan untuk mendaftar di Madrasah Aliyah sekaligus nyantri di pesantren dengan menjadi santri. Maka dipilihlah pesantren tertua dan terbaik di timur Probolinggo sana. Karena saking cerdasnya, ia menjadi buah bibir di kalangan ndalem pesantren. Dan Pak Kiai pengasuh utama pesantren menjadikannya sebagai anak emas, yang membuat santri mana pun iri padanya.
Selama nyantri, dengan mudah Wisnu dapat membaca dan menghafal kitab. Bahkan puluhan kitab sampai nazham dihafalnya. Juga bacaan Al-Qur`an-nya sangat fasih. Namun, sampai saat ini ia masih bingung akan makna dari bacaan Al-Qur`an yang sebenarnya. Bahkan makna dari bismillahirrahmanirrahim saja masih terkatung-katung di dalam kepalanya.
Setelah menempuh perjalanan dua jam dari Surabaya, akhirnya bus yang membawa Wisnu sampai di terminal Bayuangga, Probolinggo. Salah satu dari beberapa terminal paling sibuk di Jawa Timur. Kini, bentuk bangunan fisik terminal banyak yang berubah setelah direnovasi ulang oleh Pak Walikota. Berbeda dengan kondisinya dulu. Selain fisik bangunannya tidak bagus, terminal sangat bau. Ulah para sopir bus dan angkot, juga ulah makelar dan tukang becak yang biasa mangkal di sekitar terminal yang jorok, yang suka kencing sembarangan, membuat terminal pesing. Bukankah kencing saja ada adabnya? Apakah mereka bukan orang Islam? Bukankah Kanjeng Nabi Muhammad Saw, sudah mencontohkan adab membuang air kecil? Jika mereka masih jorok, lantas ajaran adab siapa yang mereka tiru?
Turun dari bus, Wisnu menelpon saudara sepupunya. Mengabarkan bahwa dirinya sudah sampai di terminal agar segera dijemputnya. Cahaya semburat senja telah benar-benar tenggelam sepenuhnya dalah pelukan alam. Lamat-lamat suara zikir orang-orang yang habis melaksanakan shalat Isya telah terdengar satu-satu bagai napas manusia yang sakaratul maut. Dan kalau malam-malam begini, angkutan kota tidak lewat di dekat-dekat rumahnya. Sopir angkot hanya lewat di tengah kota saja.
Setelah menelpon sebentar, Wisnu mencari warung makan. Perutnya lapar. Meski tadi, di terminal Purabaya ia habis mengisi perutnya dengan makan nasi soto Madura tapi kini sotonya menguap di ubun-ubunnya. Lalu ia masuk ke sebuah warung makan. Ia memesan sepiring nasi rawon dan segelas teh hangat. Sekalian menunggu kedatangan sepupunya yang sedang meluncur ke terminal.
Selesai makan dan membayar kepada ibu-ibu pemilik warung makan, Wisnu ditelepon oleh saudaranya yang katanya telah menunggunya di luar terminal. Dan ia pun pergi menemui orang yang meneleponnya itu. Tampak di luar terminal seorang pemuda mengenakan jaket cokelat yang duduk di atas sebuah sepeda motor Scoopy hitam yang celingak-celinguk mencari Wisnu. Sampai di belakang orang itu, Wisnu menepuk pundaknya.
“Sam!”