Pukul dua belas siang.
TEEEEEET.
Raze langsung memaki. Dia sudah bersyukur tidak ada bunyi bel yang membangunkannya tadi pagi. Dia mengira cewek itu sudah bosan dan tidak mungkin mendatangi rumahnya selama tiga hari berturut-turut. Tapi saat dia mengecek CCTV, cewek itu berdiri di depan pagar. Lagi! Lengkap dengan sepeda merah, sepatu merah, dan kucir empatnya.
Raze mengembuskan napas keras-keras sebelum menekan tombol interkom.
“Lo—” Tapi cewek itu langsung menyela. “Bukain pager! Aku harus masuk ke rumahmu! Gila, aku mau pingsan nih. Panas banget di sini.” Kenari Stroberi
Raze mendengus kesal saat cewek itu menempelkan punggung tangan ke dahi lalu menjatuhkan badan ke tembok pagar.
“Kamu mau aku pingsan di sini? Nanti kalau ada satpam lewat, terus dikira kamu yang ninggalin aku di pinggir jalan gimana? Kamu—”
“Gue enggak peduli!” tukas Raze kesal.
“Eh serius. Plis, aku mau ngadem. Sama minta minum. Yang dingin-dingin. Biar seger.”
“Enggak. Gue enggak akan izinin lo masuk—”
Tubuh cewek itu mendadak limbung. Awalnya miring ke tembok pagar, lalu perlahan merosot sampai tidak terlihat dari pantauan CCTV. Raze meremas tangannya. Kesal dan cemas. Dia menekan tombol interkom dan memanggil-manggil cewek itu. Tapi tidak ada tanggapan. Cewek itu masih tidak terlihat di televisi. Apa cewek itu betulan pingsan?
Mau tidak mau, Raze keluar dan membukakan pagar. Ditepuknya pipi cewek itu. “Heh, bangun. Enggak usah pura- pura pingsan—”
Cewek itu mendadak membuka mata. Bangkit berdiri. Lalu berlari melewati pagar rumah, terus menuju pintu depan, hingga akhirnya masuk ke dalam rumah. Sedangkan Raze masih berdiri di depan pagar. Melongo. Tak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya.
Apa-apaan itu tadi?! Cepat amat larinya?!
Buru-buru Raze menutup pintu pagar dan menggemboknya lagi lalu kembali ke rumah.
Di dalam rumah, cewek itu sedang jalan-jalan keliling rumahnya. Bagai di rumah sendiri. Tidak ada malu-malunya. Langkah cewek itu ringan seperti sedang menari. Kedua tangannya berayun bergantian di sisi tubuhnya.
“Keluar.” Raze berkata tegas. Cewek gila. Masuk ke rumah orang tanpa izin! “Lo enggak berhak—”
“Rumah kamu sepi amat?” Cewek itu memotong kata-kata Raze dengan ringan. Cewek yang rambutnya dikucir empat itu melongokkan kepala ke halaman samping, tempat kolam renang berada. “Satpam enggak ada. Pembantu, tukang kebun, sopir juga enggak ada. Pada ke mana?”