Aku melebarkan perisai. Memperkokohnya dengan ketebalan satu meter. Perisai ini kulepaskan kepada pemimpin roh jahat itu. Perisaiku dengan kencang menabrak makhluk hitam itu. Dia tidak bisa menghindar karena perisaiku mampu mengenai tubuhnya walau hanya seperti asap hitam. Bayangan manusia berjubah itu terlempar sepuluh meter.
Sejauh radius tiga puluh meter sekeliling kami luluh lantah. Membentuk lingkaran tanpa pepohonan satu pun. Hanya tersisa hamparan tanah kering kerontang. Makhluk itu mengeram marah. Dia terbang semakin tinggi.
"KHAAAAA!!" Melepaskan teriakan bagai petir dan sulur-sulur tali hitam dari tubuhnya.
Aku mempertebal perisai yang mengelilingi ku membentuk tabung dengan diameter dua meter. Teriakan makhluk itu membuat debu dan tanah berterbangan. Sulur-sulurnya ganas memukul perisaiku. Berusaha menghancurkannya. Pemimpin roh jahat itu masih belum bisa meruntuhkan pertahananku. Aku menepuk dahi, teringan sesuatu yang penting.
Drole! Bagaimana bisa aku melupakannya. Dia berada di sekitar ku tadi. Pasti kucing gemuk itu juga terkena dampak kekuatanku. Astaga, bagaimana jika dia semakin terluka parah. Aku berjalan perlahan ke tempat Drole tadi jatuh. Tak mempedulikan makhluk hitam besar di depanku yang masih berusaha menyentuhku. Dia tampak gusar saat aku mengabaikannya seolah dirinya bukan apa-apa.
"DROLE!! DI MANA KAU??" aku berteriak parau. Dengan kaki terseok-seok- kakiku sakit sekali sejak dihantam pemimpin roh jahat itu- aku berkeliling.
"Aku di sini," bisik Drole di telingaku.
Tentu saja aku kaget. Terlonjak di tempat. Makhluk berbulu lembut yang kucari-cari ternya sudah ada di sampingku. Aku melebarkan perisaiku, memasukkan Drole ke dalamnya supaya aman. Aku lega sekarang.
"Ayo lari!" seru Drole.
"Bagaimana-"
Baru saja aku hendak bertanya tentang banyaknya sulur hitam yang mengerumuniku, Drole langsung bersinar terang. Pemimpin roh jahat itu terkejut dengan kehadiran cahaya menyilaukan secara mendadak. Secara spontan ia menarik sulur-sulur bayangannya. Aku berusaha berlari. Drole melihat jalanku yang lambat karena kakiku pincang. Dia lantas berisiniatif membawa ku terbang dengan kakinya.
"Tunggu- ada apa ini? Astaga, bilang dulu dong," protesku.
"Tak ada waktu, saat kurendahkan tubuh Nona di dekat pohon itu ada barang yang bisa kita gunakan. Ambil sebanyak yang Nona bisa," pinta si kucing perak.
Awalnya aku hendak bertanya untuk apa, tapi kuurungkan. Lakukan saja yang diminta makhluk berpendar hijau itu. Drole terbang dengan sangat cepat.
"KHAAAA!!"
Ternyata pemimpin roh jahat itu mengejar kami. Drole terus bersinar terang. Dia mulai menurunkan ketinggian. Aku melihat ada sesuatu yang berkilauan ditimpa cahaya Drole di bawah sebuah pohon. Apa itu emas? Benar itu emas, teriakku dalam hati. Aku sudah memilih yang mana yang akan kuambil.
Kami semakin dekat dengan tumpukkan emas itu. Sepersekian detik saat kami berpapasan dengan pohon itu, tanganku cepat menyambar sebuah emas batangan berukuran sedang. Aku tidak tahu berapa beratnya, tapi ini terasa cukup berat.
"Tinggal setengah kilo! Ayo Drole!!" Seruku menyemangati kucing terbang ini.
Sedikit lagi kami sampai. Aku menoleh. Pemimpin roh jahat itu juga semakin dekat. Jaraknya dengan kami tinggal beberapa meter. Makhluk hitam itu mengulurkan lengannya yang besar. Aku tercekat.Tepat saat lengan hitam itu hendak menyentuhku, aku dan Drole menembus perbatasan Lembah Iblis.
PLUP
Rasanya seperti melewati lapisan air. Aku menghirup nafas panjang. Makhluk hitam itu tertinggal. Tidak bisa menembus lapisan tak kasat mata yang sepertinya sengaja dibuat. Drole membawaku terbang menjahui perbatasan. Tanpa menurunkan kecepatan.
"Kita selamat, turunkan aku Drole!"
Drole melambat, perlahan turun. Begitu kakiku menapak tanah, kucing gemuk itu melepaskan cengkramannya. Aku jatuh terduduk, kakiku tak kuat menopang tubuh. Rasanya nyeri sekali. Drole mendarat di tanah. Dia tampak kelelahan. Namun ia menatapku penuh kecemasan. Wajahnya yang bulat berekspresi seakan ingin minta maaf karena melepaskanku begitu saja hingga aku terjatuh.
Aku tersenyum padanya. Aku baik-baik saja. Drole berganti menatap Lembah Iblis itu. Aku mengikuti arah matanya. Pemimpin roh jahat itu sudah pergi.
"Kita selamat, aku tak percaya aku masih hidup!" Seruku terengah-engah. Tertawa senang.