Kami sudah mulai memasuki perdesaan ini. Rumah-rumah sederhana berbentuk jamur beraneka warna berjajar rapi. Ada juga rumah jamur yang seluruhnya terbuat dari kaca berada di sepanjang jalan. Dengan dinding transparan semua barang-barang yang dipajang terlihat jelas. Itu mirip kios atau toko di duniaku. Perdesaan ini cukup padat. Rumah jamur besar kecil ada di mana-mana. Ini juga masih pagi buta. Orang-orang belum mulai beraktivitas-keculai beberapa orang yang sangat rajin. Bola-bola cahaya juga masih dinyalakan. Unik sekali. Seperti melihat lentera ajaib yang menyala secara misterius.
"Bagaimana caranya bola kecil itu bercahaya?" aku menunjuk salah satu benda itu.
"Mungkin itu reaksi zat atau semacamnya yang jika digabung menimbulkan efek cahaya. Kalau detailnya bisa Nona tanyakan pada yang ahli," jawab Drole. Tapi dia terlihat tidak yakin, bagaimana aku bisa percaya kalau dia serius.
"Siapa?"
"Tetua desa mungkin?" Drole mengibas-ibaskan ekornya.
Hey! Kenapa dia malah balik tanya. Kucing itu sebenarnya tahu tidak sih.Tanya ke tetua desa? Yang benar saja. Apa tidak sebaiknya ke profesor atau ilmuwan ya?
"Aaah, serah deh. Aku juga tidak peduli," ujarku.
Aku melirik Drole, dia terus berjalan dengan kaki-kakinya yang pendek di samping kakiku. Terlihat seperti kucing normal sekarang. Namun dia juga terlihat kesusahan menggerakkan tubuhnya yang gemuk. Kasihan melihatnya, tapi pasti berat jika menggendongnya. Aku lelah dan terluka di beberapa tempat. Mana bisa menggendong beban berkilo-kilo. Membawa emas saja tanganku terasa mau patah.
Oiya! Aku teringat sesuatu. Dua hari tak mandi, tidak ganti pakaian, rambut juga acak-acakan. Tambah lagi pakaianku sekarang sudah kusam dan dekil. Tubuhku juga terdapat luka memar dan darah kering. Mengapa baru sekarang aku sadar?
"Apa aku berani?" gumamku lirih.
Drole menoleh, bertanya lewat tatapan mata. Ada masalah apa? Aku patah-patah menunduk. Memeriksa penampilanku.
"HAAAA-" ups, aku menutup mulut dengan satu tangan. Satu kata yang tepat untuk menggambarkannya. ME-NGE-RI-KAN.
"Drole! Aku seperti orang gelandangan! Mengapa Kau tidak bilang kalau penampilanku kacau!" Aku menekankan setiap kata dengan berbisik.
Drole menggeleng-gelengkan kepalanya. "Menurutku kondisi Nona tidak terlalu buruk. Beberapa orang di sini suka berpetualang di tempat berbahaya. Bilang saja Nona salah satunya. Mereka pasti mengerti," Drole balas berbisik.
Aku menepuk dahi, mengusap wajah gusar. Alasan saja nih kucing. Aku buru-buru merapikan rambut dan membersihkan beberapa bagian baju yang kotor. Supaya lebih mendingan. Ku tutupi emas yang kubawa di dalam jaketku dan kutenteng. Supaya tidak terlihat semakin mencolok.
"Kita mau ke mana dulu?"
Seharusnya kami mencari toko perhiasan untuk menjual emas ini. Baru bisa digunakan setelah berbentuk uang. Tapi toko-toko sini masih ditutup.
"Kita cari tempat menjual emas. Kalau pun ada orang pribadi yang mau membeli juga tidak apa-apa," Drole berjalan memimpin.
Aku memperhatikan tulisan yang ada di papan pemberitahuan. Dengan desain dan warna-warni yang berbeda. Kurasa itu untuk menarik pelanggan. Kalimatnya asing, namun aku bisa membaca satu dua kata di dalamnya. Drole berhenti di depan salah satu jamur kaca. Dalamnya gelap, bagian luar hanya diterangi satu bola cahaya. Pemiliknya belum membuka tokonya. Aku mendongak, berusaha membaca apa yang dituliskannya.
"Je.. Jal beli perhargaan? Jal..oh, jual? Jual beli penghargaan?"