Inmuia

KOJI
Chapter #11

Terapi

Sudah lima hari aku berada di Rumah Sakit dan sekarang sedang menjalani pemeriksaan rutin seperti hari-hari sebelumnya. Ayah dan ibu berdiri di samping ranjang, menunggu dokter Gotze selesai memeriksa.

Aku bersandar dengan kain sfigmomanometer[1] yang melilit lenganku. Dokter memompa alat di tangannya beberapa kali, mengembangkan kain itu sebelum akhirnya mengempis perlahan.

"Bagaimana, Dok?" tanya ayah cemas.

Dokter Gotze mengangkat wajah sembari melepaskan perekat sfigmomanometer di lenganku. "Tekanannya normal. Sembilan puluh per enam puluh."

Kecemasan yang tadinya tampak di wajah kedua orang tuaku pun memudar.

"Lalu bagaimana dengan lukanya, Dok?" tanya ibu.

Dokter Gotze memberi setengah-senyum. "Lukanya akan benar-benar tertutup setelah sebulan. Untung saja sayatannya meleset dari pembuluh darah nadi. Jika tidak, bisa jadi penyembuhannya akan lebih lama, bahkan lebih besar kemungkinan tidak selamat."

"Kalau begitu apakah sudah diizinkan pulang?" Ayah bertanya penuh harap.

Dokter Gotze menggangguk. "Tapi saya sarankan Stefan menjalani terapi depresi untuk mencegah hal seperti ini terulang kembali."

Ayah tak lekas menjawab. Mencerna kata-kata dokter Gotze sesaat. "Baik, terima kasih atas sarannya, Dok."

Memang tidak mudah mencari biaya pengobatan di tengah kesulitan yang melanda keluarga kami. Jangankan untuk terapi, menyediakan biaya perawatan di Rumah Sakit pun ayah meminjam uang pada temannya. Namun, orang tuaku selalu mengupayakan yang terbaik. Tiga hari setelah kepulanganku, ayah mengantarku ke tempat terapi yang disarankan temannya ....

Mobil tua yang kami kendarai menderum pelan seraya menepi di Jalan Elisabethstraße. Ayah menarik tuas kemudian mematikan mesin kendaraan. "Kita sudah sampai, Nak."

"Di mana tempatnya?" tanyaku, melongok dari jendela.

"Tepat di sebelah kita, Nak."

Ruko dua lantai bercat kuning terang, diapit ruko-ruko yang sama baiknya di kanan-kiri. Pada bagian atas, menempel papan bertuliskan "Das Leben Ist Sinnvoll[2]" yang sebagian hurufnya telah memudar.

"Jika melihat tempat ini, memang benar yang dikatakan pelanggan Ayah. Menurutnya tempat ini dibina oleh salah satu Terapis terbaik di Gorlitz," tukas ayah, sembari membuka pintu mobil. "Ayo. Kalau tidak segera turun, Ayah khawatir kamu terlambat."

Kami pun masuk ke dalam ruko tersebut. Bagian dalam ruko terlihat semewah penampilan dari luar. Meja stainless steel di bagian depan dan tiga buah bangku empuk yang berjajar di hadapannya. Semua tampak resik dan apik.

Lihat selengkapnya