Inmuia

KOJI
Chapter #14

Menggugah Gairah

Aku terjebak di dalam restoran yang terkunci. Alih-alih mencari cara keluar, rasa penasaran menuntunku untuk mengintip dari ventilasi. Aku terbelalak menyaksikan Herr Walden dan Iandra dalam keadaan tanpa busana. Bukan hanya itu, bahkan mereka melakukan perbuatan yang membuat darah hangat merayap naik. Jantungku berdegup kencang; gairah pun menggelegak menyaksikan kegalatan tersebut.

Pandanganku terpaku pada setiap gerakan yang memacu hasrat. Ingin rasanya aku merengkuh dan menikmati setiap jengkal tubuh elok yang sekarang berada dalam pelukan Herr Walden.

Saat gairah membumbung, tiba-tiba menyeruak keinginan untuk memanfaatkannya. Segera kuambil ponsel lantas mengabadikan setiap momen yang sedang berlangsung. Perbuatan mereka menghemat tenaga dan waktuku dalam mengumpulkan pundi-pundi Euro dan nantinya akan memberi bonus yang tak pernah kudapatkan sebelumnya.

Iandra. Perempuan murahan itu mungkin bisa memberi tubuhnya, meskipun aku tidak mengancam. Namun, aku yakin ada niat busuk di balik pemberiannya. Aku tidak mau ia memanfaatkanku dan sebaliknya ingin memanfaatkannya. Ya, video inilah yang akan memberiku kesempatan itu.

Satu jam kemudian, Herr Walden merebahkan diri di samping Iandra. Selama beberapa saat ia mencoba mengatur napas sembari menatap Iandra yang terengah-engah.

"Kamu memang tak ada tandingannya, Sayang." Jari-jari gemuk Herr Walden membelai rambut Iandra.

"Istrimu?" tanya Iandra. Satu sudut bibirnya setengah terangkat.

"Bahkan dia sekalipun bukan tandinganmu."

Mata Iandra berputar seraya menghela napas. "Ah, aku tidak percaya mulut laki-laki. Namun, aku tidak peduli selama kamu memenuhi kebutuhan bulananku."

"Bukan cuma kebutuhan bulanan, kan?! Siapa lagi yang membelikan tas-tas mahal, kalau bukan aku?!" tukas Herr Walden, mengangkat sebelah alisnya.

Iandra bangkit dan mengenakan pakaiannya. "Aku mau pulang."

"Tidak mau satu sesi lagi?"

"Jangan hari ini, Walden." Iandra mengambil tasnya lalu keluar dari dalam ruangan.

Herr Walden menghela napas, mengikuti Iandra dari belakang. "Ya sudah. Ayo kuantar pulang."

"Tidak usah. Aku khawatir ada yang melihat kita berduaan. Bukankah kamu juga harus menyiapkan data-data untuk keperluan pajak?!" cetus Iandra di ambang pintu.

"Untung kamu mengingatkan." Herr Walden membuka pintu depan.

"Seperti janjimu, aku libur hari ini, kan?"

Herr Walden mengangguk repititif. "Jangan khawatir. Hari ini kamu bisa berbelanja, ketimbang bekerja seharian."

Lihat selengkapnya