Inmuia

KOJI
Chapter #19

M4 Carbine

Setelah seminggu berlalu, Ehrlich memberi kabar kalau hari ini M4 Carbine telah tersedia di tempat Herr Ralf. Karena itulah Jumat pukul sepuluh malam, aku dan Ehrlich sudah berada di toko suvenir. Herr Ralf menyambut kedatangan kami dengan semringah. Itulah topeng ramah yang selalu ia kenakan untuk menutupi fakta keterlibatannya dalam kelompok ekstrimis sayap kanan.

"Ah, akhirnya kalian datang!" Herr Ralf menoleh pada istrinya. "Aku tinggal sebentar."

Aku berjalan mengikutinya ke ruangan bawah tanah. "Apakah baru saja tiba malam hari ini, Herr Ralf?"

"Tadi sore, Stef. Namun, aku perlu mengecek kelengkapannya sebelum memberitahu Ehrlich."

Ehrlich mengangguk. "Seperti yang tadi kuceritakan. Herr Ralf menghubungiku pukul tujuh malam. Untungnya kamu bisa segera datang."

Ujung bibirku terangkat, setengah menyeringai. "Waktuku selalu tersedia. Apalagi demi 'benda' tersebut."

"Kamu benar-benar kolektor maniak." Herr Randolf tergelak seraya memutar guci. "Prosedur tetap harus dijalankan, Stef," tukasnya, menuruni anak tangga.

"Tidak masalah, Herr. Memang wajar melakukan pemeriksaan," ujarku saat tiba di ruangan bawah tanah.

Tak lama kemudian pria berbadan besar memeriksaku. "Sudah, Ayah."

Herr Ralf mengangguk lalu mengambil kotak dari dalam lemari. "Aku yakin kamu kagum dengan keanggunan M4 Carbine," ujarnya, membuka tutup kotak.

Mataku melebar, terkesiap melihat keelokan di hadapanku. Besi penjemput ajal tersebut memiliki panjang 84 sentimeter dengan panjang barel 36, 83 sentimeter. "Boleh?"

Herr Ralf mengangguk, mempersilakan untuk mengambilnya dari dalam kotak. "Meskipun dibuat tahun 2014, tetapi M4 Carbine terus diproduksi. Kamu tahu kenapa?"

"Karena kemampuannya yang tidak kalah dibandingkan senjata terbaru," jawabku, mengangkat M4 Carbine.

"Senjata ini mempunyai mode semi-otomatis. Ia mampu menembakkan tiga peluru dalam sekali tembak." Herr Ralf menimpali.

"Pantas saja dalam semenit, bisa melepaskan tujuh ratus sampai sembilan ratus peluru," gumamku seraya menyelisik besi dalam genggaman.

Herr Ralf tersenyum. "Harga yang kuberikan sudah termasuk satu set peluru. Namun, aku yakin kamu tidak memerlukannya."

Mendengar keterangan Herr Ralf, aku berusaha tampak normal, tak menunjukkan antusiasme berlebihan. "Setidaknya menambah koleksiku. Kuharap dalam setahun ke depan, aku dapat membuat etalase untuk koleksi-koleksiku," terangku berbohong sambil mengedarkan pandangan ke arah etalase.

"Baiklah. Sekarang kita kembali ke urusan kita." Herr Ralf pun menyebutkan harga yang harus kubayar.

"Silakan dihitung." Aku menyerahkan beberapa lembar Euro.

Herr Ralf mengambil lalu menghitung uang dariku. "Sudah benar. Ada lagi yang mau kamu beli?" Herr Ralf mendongak, memandangku.

"Cukup, Herr Ralf,"

"Mari kuantar ke atas."

Usai mengambil M4 Carbine, aku dan Ehrlich dalam perjalanan pulang. Sesuai dugaan, ia mengingatkanku untuk membayar fee yang telah kami sepakati, atau lebih tepatnya terpaksa aku setujui ....

Lihat selengkapnya