Innocent

ArinaAsh
Chapter #2

BAB 2

Begitu mendapatkan tempat parkir, aku segera keluar. Sesekali terpeleset salju yang mulai membeku, juga berkali-kali menabrak orang-orang yang menggerutu. Hanya ada satu yang memenuhi pikiranku, Karen. Aku segera menuju Unit Gawat Darurat. Ada ambulan yang masuk membawa pasien kejang-kejang sehingga membuatku harus menyingkir dari kerumunan orang yang panik.

Ruangan itu dipenuhi oleh kekhawatiran dan tangis. Aku mencari-cari di ruang tunggu. Ibu Karen menangis tersedu-sedu di pelukan suaminya. Ada keraguan yang mencengkram ketika hendak melangkah. Rasa panas di pipi seolah kembali dan mengingatkan tentang bagaimana Carol menyalahkanku.

Ini tidak masuk akal.

Aku melangkah menghampiri. Sebelum aku sempat bertanya tentang apa yang terjadi, Carol mendongak dengan matanya yang memerah.

“Ini salahmu, Penyihir!”

Seluruh pandangan tertuju pada kami. Aku sudah terbiasa dengan pandangan mencemooh. Akan tetapi, merasakan bagaimana tatapan mereka penuh tuduhan, terutama dari mata Carol yang selama ini memandangku penuh kasih, aku tak bisa.

“Carol, hentikan!” Damian memeluk istrinya. Dia menatapku nelangsa, dan mendesah. “Amalia.”

“Apa yang sebenarnya terjadi?”

Damian menggeleng. Dia menatap istrinya sebentar, lantas berbisik. Carol membuang mukanya, meskipun aku bisa melihat tangannya mencengkram jaket Damian seolah tak ingin melepaskannya. Gestur yang sama dengan ketika dia hendak menghentikan Damian pergi ke tempat yang berbahaya tetapi tahu bahwa ia tidak bisa melakukannya.

Tempat berbahaya itu adalah aku.

Aku menggigit bibir demi meredakan rasa getir yang menyesakkan dada.

“Kemarilah!”

Damian keluar tanpa menunggu persetujuanku. Hanya punggungnya yang dapat kulihat. Punggungnya yang lebar membungkuk seolah seseorang membebankan batu raksasa di sana. Kami memilih keluar dari Unit Gawat Darurat. Keluar dari seluruh mata yang menatap kami penasaran.

“Apa yang terjadi?” tuntutku ketika Damian hanya diam. “Bagaimana keadaan Karen?”

Damian menggeleng. Ekspresinya dipenuhi pengkhianatan. Dia menerawang jauh pada Unit Gawat Darurat.

“Mobil Mr. Brown menabraknya ketika dia keluar dari toko.”

“Bagaimana?”

Damian menatapku keras. “Seharusnya aku yang bertanya padamu, Amalia.”

“Apa? Kau berpikir akulah yang melakukannya?”

Lihat selengkapnya