Innocent

Strifer Saviour
Chapter #21

Melawan Dewa

Sebuah pisau melayang ke arah Logard. Ia tahu bahwa itu adalah Zael, jadi kali ini ia hanya menghindar, tak menangkisnya.

Zael berteleportasi. Tapi usai melakukannya, ia tak lantas menebaskan pedang atau menusukkan pisaunya seperti sebelumnya. Ia malah melempar kembali pisaunya dan berpindah lagi. Ia seperti menghindari pertarungan dengan Logard dan memilih melarikan diri.

Logard tak tinggal diam. Ia mengepakkan sayap besarnya untuk mengejar Zael seraya menembakkan sihir ke arahnya.

Zael yang telah menjadi wadah dari Callsel tak kesulitan menghindari serangan ke arahnya di udara. Ia hanya tinggal melemparkan pisau ke arah lain dan berteleportasi, atau membuat perisai yang menangkal serangan sihir. Namun perisai itu bisa pecah jika terlalu banyak menerima serangan.

Mereka melintasi laut, melewati gurun pasir, dan sampailah mereka di tempat ysng menjadi tempat pengasingannya. Zael melempar pisaunya ke hutan dan bersembunyi di dalamnya.

Logard kembali menghujani seisi hutan dengan sihirnya. Hutan yang semula hening dan gelap mendadak terang dan dihiasi gemuruh menggelegar.

Lantaran terlalu fokus dengan sihirnya, Logard tak menyadari bahwa pisau Zael telah berada tepat di belakangnya, disusul oleh sang pemilik yang menusukkan ranting runcing ke punggung Logard.

Zael menarik ke bawah ranting yang sudah merobek pungung Logard. Menyebabkan sayap kanan sang Lisera putus dan dialiri darah berwarna merah, tak berbeda dengan manusia.

Mereka berdua pun terjun bebas dengan posisi Logard berada di bawah. Terhempas, menimbulkan bunyi yang cukup keras terdengar. Zael segera melempar pisaunya menjauh karena bisa jadi Logard mengeluarkan sihir kembali untuk serangan balasan.

Zael bersembunyi di balik pepohonan sembari meruncingkan ranting yang ada di sekitarnya.

Kelihatannya rencanamu berhasil.

Rupanya Zael menggunakan sihir yang mengaliri pepohonan di hutan sihir untuk menciptakan senjata yang bisa melukai Logard.

“Sepertinya begitu,” jawab Zael. “Tapi aku gagal mengenai jantungnya.

Logard kembali berdiri dengan mimik datar, seolah tak terjadi apapun. Padahal ia baru saja kehilangan anggota tubuhnya.

“Jadi ini gaya bertarung makhluk lemah?” ucap Logard. “Bersembunyi. Kemudian menyerang tiba-tiba.”

“Ini adalah cara yang adil mengingat perbedaan kekuatan yang begitu jauh,” gumam Zael.

Beberapa saat kemudian, Zael telah selesai dengan lima buah tombak sederhana yang menjadi satu-satunya harapan untuk menang.

Ia tetap bersembunyi. Menanti saat yang tepat untuk menyerang. Namun kelihatannya akan sangat sulit. Logard menciptakan puluhan tombak dari sihir di sekitarnya untuk melindungi diri. Tombak-tombak itu siap meluncur dan melubangi apapun yang mendekat.

Dari balik pohon jauh dari tempat Logard berdiri, Zael tetap mengintainya.

Tiba-tiba tubuh Logard lunglai, jatuh berlutut. Tombak yang ada di sekitarnya pun lenyap. Baik Zael maupun Callsel tak ada yang tau penyebabnya. Namun ini akan menjadi kesempatan emas untuk mereka.

Zael melempar pisaunya ke Logard yang masih pada posisinya dan tak bergerak sama sekali. Ia berteleportasi tepat di Lisera bersayap satu tersebut. Tatkala Zael hendak menusukkan tombak kayu ke tubuh Logard dan mengakhiri semuanya, tangannya malah berhenti di udara.

Kelopaknya melebar. Rambut Logard yang seputih salju perlahan berubah warna menjadi pirang emas. Wajahnya pun turut berubah. Menjadi sosok yang dikenalnya, Pangeran Ryle.

Kaki Zael perlahan mundur. “Pangeran Ryle.”

Wajah sang pangeran terlihat begitu kelelahan dan tak memiliki daya.

Kau mengenalnya? Pasti dia yang telah menjadi wadah Logard selama bertahun-tahun. Aku tak menyangka dia berhasil merebut kesadarannya setelah berubah sempurna menjadi Lisera.

 “Tolong bunuh aku, Zael!” pinta pangeran Ryle nada dengan lemah, suara berat parau, serta senyuman di wajahnya.

Jantung Zael berdegup begitu kencang usai mendengarnya. Matanya makin melebar.

“Apa yang kau katakan, Ryle? Kau harus pulang bersama Melyra ke Rapshodus.”

“Aku tidak bisa. Aku telah membunuh banyak orang. Aku telah membunuh ayahku sendiri, aku sudah membunuhmu, dan aku hampir membunuh Melyra.”

“Tapi yang melakukan itu semua adalah Logard. Kau hanya dipaksa menjadi wadahnya.

“Sudah cukup, Zael! Aku tak ingin membunuh lagi! Akhiri penderitaanku sekarang!” Pangeran Ryle mendesak Zael.

“Aku tak bisa melakukannya.” Zael menggelengkan kepalanya.

“Ini bukanlah perintah dari seorang pangeran. Tapi permintaan dari seorang teman,” bujuknya.

Sekaranglah kesempatan terbaikmu, Zael. Dalam kondisi seperti itu ia tak bisa begerak. Bahkan pedangmu bisa membunuhnya sekarang. Jangan sia-siakan perjuangan temanmu yang sudah bersusah payah merebut kesadarannya, Callsel juga turut mendesak.

Zael akhirnya maju perlahan mendekat. Mengangkat pedangnya sembari menitihkan air mata.

Pangeran Ryle mendongak dengan badan masih berlutut tak bergerak sedikitpun. Matanya terpejam. Bersiap untuk mengakhiri segalanya. “Terima kasih, Zael.”

Pedang yang telah berada di udara dan siap memotong leher pangeran kini jatuh ke tanah. Disusul Zael yang jatuh berlutut. “Aku tak bisa melakukannya! Tak bisa! Tak bisa!” ia memukul mukul tanah di depanya. “Bagaimana bisa aku membunuh Ryle?”

Dasar bodoh! Kesempatan seperti ini tidak akan datang lagi!

“Diam kau Lisera tak berguna!” bentak Zael. “ Kau tak akan mengerti perasaanku!”

Bahkan Callsel, dewa pelindung terdiam usai dibentaknya.

“Kau terlalu baik, Zael,” ujar Pangeran Ryle. Perlahan rambutnya kembali memutih. “Tolong, buat Melyra bahagia bersamamu!”

Energi sihir dasyat keluar dari tubuh Ryle, membuat Zael terpental jauh ke belakang. Sang pangeran kini kembali berubah menjadi Lisera.

“Aku tak menyangka dia berhasil mengambil alih tubuhku.”

Zael kembali berdiri. Mata yang penuh air mata perlahan berubah menjadi mata yang penuh kebencian. Mimik murka yang belum pernah ia tunjukkan sebelumnya.

“Logard!” teriak Zael. “Aku bersumpah. Hingga daging terakhirku membusuk, aku tak akan memaafkanmu!”

Lihat selengkapnya