INSTANT

sna kay
Chapter #1

Bagaimana Awalnya...

Suara sirine terdengar mendekat dari telingaku. Melihat kecepatanku sekarang aku rasa mereka ingin mencapai garis finish sebelum aku. Dan hal bodoh dilakukan Reynaldi yang mengacungkan pistolnya di samping mobil di saat mobilnya berhasil menyusulku. Kalau begitu dia menakuti seluruh orang dijalan bukan. Eh.

"Cepat hentikan Al. Kamu sudah dikepung di depan telah ada banyak polisi!" Reynaldi berteriak namun kagetnya aku dia tak segan melepaskan reaktil peluru ke arahku.

Apa dia benar ingin membunuhku. Aku segera melajukan mobilku tak peduli berapa kali tembakan telah bersarang di mobilku. Sekarang saja kaca mobilku semuanya telah pecah akibat peluru-peluru darinya. Dia sangat tepat dalam menembak bukan?

Aku melihat sebuah pistol yang menjadi atributku entah asli atau tidak mencobanya juga tidak masalah. Kuarahkan tembakan asal agar mobil Reynaldi tidak mengejarku. Dan itu cukup berhasil. Saling tembak mengiringi acara kaburan-kejaran kami. Aku membuang senjata api itu ketika tidak ada isi yang keluar darinya. Brengsek, Reynaldi masih menembakiku.

"Al, hentikan mobilmu. Menyerahlah senjatamu telah habis," ucapan Reynaldi yang keras itu membuatku memutarkan bola mata. Bagaimana bisa menyerah jika aku berakhir di penjara.

Tidak mungkin 'kan, dia mau bercanda.

Aku melihat ke arah pintu mobilku yang di tembak. Kupalingkan wajahku yang melihat barisan mobil polisi berjejer lima-ratus-meter dariku dan sepertinya banyak polisi yang mengarahkan tembakan mereka padaku. Ah tidak, aku tidak bisa menghentikan mobilku ini. Saat ini pikiranku adalah tabrakan keras yang mungkin akan terjadi. 

"Maaf Rey, aku tak bisa menghentikannya-" ucapku pelan yang mungkin tak terdengar olehnya. 

"Alysa kamu bodoh apa! Kamu bisa terbunuh jika terus melaju!!" teriakan Reynaldi tidak kugubris, aku semakin melajukan mobilku ketika tembakan berulang-ulang ke mobilku. Saat sudah mendekati orang-orang yang menembaki di barisan itu segera berlari menghindar.

"Alysa, cepat hentikan mobilnya!!" sekali lagi teriakan Reynaldi membuatku ragu.

Tapi aku memang tak dapat menghentikan mobilku. Aku menatap was-was saat tinggal beberapa detik aku akan menabrak.

Lihat selengkapnya