“Dah, Mrs. Gray!” seru Khansa, ia menggendong Lily di pelukannya. Ia melangkah menuruni tangga beranda rumah Mrs. Gray sambil merapikan rambut Lily yang tertiup angin.
Mrs. Gray berdiri di ambang pintu, melambaikan tangan. “Dah, Khansa,” balas wanita tua itu dengan senyum. “Lily sepertinya ingin makan biskuit, tapi persediaan biskuitku sedang habis.”
“Aku akan membelinya dalam perjalanan pulang!” Khansa membuka pintu pagar halaman, lalu mengayunkan tangan Lily ke atas untuk memberikan lambaian pada Mrs. Gray.
Khansa berjalan santai menuju rumahnya. Sore ini ia pulang lebih awal. Tadi setelah pulang sekolah, ia sempat membantu di La Tino Spring sebelum menjemput Lily. Hari ini mereka hanya mengangkut pesanan-pesanan ke dalam mobil box, dan supir akan melanjutkan sisanya. Tubuh kecil Lily tidak banyak bergerak dalam gendongan Khansa. Adiknya yang baru berumur tiga setengah tahun itu lebih banyak diam.
“Hei, Lily, apa kau ingin mampir ke minimarket untuk membeli biskuit?” Khansa bertanya, ia sedikit menggoyangkan Lily dalam gendongannya.
Wajah Lily menjadi berseri. “Mau!” gadis kecil itu mengangguk-angguk. “Tapi bolehkah aku juga membeli es krim?”
Khansa memundurkan wajahnya. “He, tidak boleh. Kau baru saja terkena batuk dua hari yang lalu. Nanti batukmu tidak sembuh-sembuh,” jawab Khansa sambil memainkan rambut halus Lily yang dikuncir dua. Rambut Lily berwarna pirang terang, berbeda dengan milik Khansa yang berwarna cokelat.
Lily cemberut. “Tapi aku sudah membaik sekarang!” serunya memelas. “Kumohon, Khansa, aku ingin sekali makan es krim.” Pipinya menggebung setiap ia memohon.
Khansa tertawa. “Baiklah, baiklah. Tapi kau tidak boleh makan es krim selama sebulan kalau batukmu ternyata belum sembuh, ya.”
“Yeay!” sorak Lily, ia melonjak kecil dalam gendongan kakak sulungnya.
Karena Khansa sekolah dan ayahnya pergi bekerja, Lily setiap hari selalu dititipkan di rumah Mrs. Gray. Mrs. Gray adalah wanita tua baik hati yang tinggal dua blok dari rumah Khansa. Dia hanya tinggal berdua bersama suaminya, yang senang berkebun di halaman belakang. Tetangga-tetangga terkadang juga menitipkan balita mereka pada Mrs. Gray ketika mereka sedang sibuk bekerja.
Khansa menurunkan Lily di dalam minimarket dan gadis kecil itu langsung berlari menuju bagian es krim. Khansa melangkah pelan melewati rak-rak bahan makanan, mempertimbangkan apakah ia juga harus membeli sesuatu. Ayahnya bilang dia akan pulang lebih awal malam ini dan membawa makan malam, karena beliau baru saja mendapatkan gaji. Akhirnya Khansa memutuskan untuk membuat puding roti dengan kismis dan saus karamel sebagai hidangan penutup. Jarang sekali keluarganya bisa makan malam bersama seperti ini, jadi ini malam yang spesial. Semua anggota keluarganya selalu disibukkan dengan berbagai hal.
Setelah membeli roti dan kismis, Khansa dan Lily berjalan pulang. Lily menjilat es krim batang rasa jeruk dan anggur dengan penuh sukacita. Di tengah perjalanan, ia meminta untuk digendong lagi oleh Khansa, dan cewek itu dengan senang hati memanjakan adik bungsunya.
“Aku pulang!” seru Khansa sambil menutup pintu di belakangnya.
Jeremy muncul menuruni anak tangga mengenakan hoodie hitam. Rambutnya tidak dirapikan seperti biasa. Ia berjalan melewati Khansa tanpa menoleh menuju pintu depan.
“Kau mau ke mana?” tegur Khansa sebelum Jeremy berjalan lebih jauh darinya.
“Ke luar.”
Khansa melihat Jeremy mengambil jaketnya dari gantungan mantel di dekat pintu. “Aku tahu kau ada di rumah saat melihat jaketmu tergantung di sana,” ujarnya. “Malam ini Ayah akan pulang lebih awal, dan kita akan makan malam bersama.”