Hal pertama yang Gabriel lakukan adalah berhenti berjalan. Ia menoleh setelah selesai mengetik di ponselnya. Satu senyum lebar terpampang di wajah cewek itu. Ia menghembuskan napas pelan sambil memutar bola matanya.
“Ini.” Khansa menyerahkan satu tumpukan kertas, atau makalah yang sudah diklip.
Gabriel hanya memperhatikan makalah itu.
“Ini makalah sejarah Amerikaku,” ujar Khansa, ia membuka halaman pertama. “Kau bisa membacanya sebagai referensi untuk makalahmu. Tapi jangan sama persis. Paling tidak topik pembahasannya dibedakan sedikit.”
Gabriel hanya bergeming di tempatnya, lalu ia menerima makalah itu.
Khansa menyelipkan kedua tangannya ke dalam saku celana jins. “Aku punya beberapa pilihan materi yang sempat kucari untuk pilihan topik pembahasan. Kau bisa memilih salah satunya,” lanjutnya lagi. Gabriel sedang membolak-balik makalahnya. “Di buku kemarin juga sudah kutandai semua. Dan untuk beberapa hal kau juga bisa melihat dari internet. Seharusnya kau bisa selesai besok, mengingat lusa adalah kelas Mrs. Hay.”
Setelah melihat-lihat, Gabriel bertanya pada Khansa. “Apa topik pembahasan ini ada di internet?”
“Yeah. Kau juga bisa mencari dari sana untuk melengkapi pembahasannya.”
“Kenapa tidak disalin saja dari internet?”
Khansa menggeleng. “Mrs. Hay akan mengetahuinya. Kau harus mengubahnya sedikit.”
Persetan dengan gengsi dan harga diri, jelas-jelas ini jalan keluar dari kelimpungannya. Gabriel bakal mengutuk dirinya sendiri kalau ia tidak menerima bantuan ini, karena hanya orang bodoh yang tidak akan menerimanya, dan cowok itu sudah lelah menyusahkan dirinya sendiri.
“Bagaimana dengan materi ini?” Gabriel bertanya lagi setelah mengamati catatan Khansa.