Hari-hari berjalan seperti biasanya, normal. Masuk kelas, latihan basket, berpesta, kencan, mengerjakan sisa-sisa tugas, dan nongkrong di gang-gang kota Manhattan. Hidup Gabriel kurang lebih sudah menjadi normal, hampir seperti dulu, sama seperti kebanyakan murid-murid di sekolahnya.
Sejak pertemuan dengan Freya di gang di sebelah barnya malam itu, Gabriel sekarang tinggal bersama Teddy. Teddy tinggal seorang diri, di ruko yang sempit. Anak itu dengan senang hati menerima Gabriel di kediamannya yang kecil. Walaupun Gabriel lebih memilih tinggal bersama Freya, yang ia juga sudah meminta pada kakaknya, tetapi tidak memungkinkan karena tempat tinggal Freya juga tidak besar dan dia tinggal bersama temannya. Kamar Teddylah rumah yang tepat untuknya saat ini. Gabriel tidak mau kembali ke apartemen Tina, paling tidak untuk waktu dekat. Dan ia juga tidak mau menumpang di rumah keluarga Jerry atau Brad.
Untungnya cowok itu punya teman seperjuangan seperti Teddy.
Teddy tipikal anak yang santai. Dia tidak mencampuri urusan orang lain atau pun bertanya. Setiap hari bisa makan dan punya tempat untuk tidur, dan membeli rokok, sudah cukup. Hidup sangat sederhana untuknya. Teddy bekerja serabutan, tetapi menghasilkan uang yang cukup untuk dirinya sendiri.
Di dalam benaknya Gabriel ingin bisa hidup seperti itu. Sesuka hatinya. Hidup untuk dirinya sendiri, tanpa memikirkan hal lain. Karena selama ini hidup di rumah bersama keluarga dan bersekolah hanya membuatnya sakit kepala.
“Hei, babe!” Isabel datang memeluknya. Cewek itu mencium pipi Gabriel. “Makan malam di mana nanti?”
“Hei.” Gabriel balas mencium pipi Isabel sambil tersenyum. “Bagaimana kalau kita nonton saja? Ada film drama komedi baru rilis.”
Mata Isabel berbinar. Ia mengangguk. “Oke!”
Isabel berlalu meninggalkan Gabriel di lokernya. Cowok itu memperhatikan pacarnya dari belakang. Mungkin pacaran terlama yang pernah ia jalani adalah bersama Isabel. Cewek itu tidak pernah menuntut atau mengganggunya secara agresif kalau Gabriel sering tidak ada kabar dan waktu untuknya. Seringnya Gabriel yang melupakan Isabel begitu saja, apalagi jika sedang ada masalah, nama Isabel benar-benar tidak ada pentingnya bagi cowok itu. Hal-hal seperti itu yang masih Gabriel apresiasi dari Isabel.
Dan juga karena ia sudah berjanji pada Freya untuk tidak serampangan lagi di sekolah. Menjalani aktivitas seperti murid normal pada umumnya, bukan murid berandalan. Janji itulah yang membuatnya tetap bisa menjalani hari-harinya di sekolah.
***
Sore ini tidak ada latihan karena Pelatih Bumer ada janji makan malam dengan istrinya, dan dia harus menyiapkan seluruh prosesi makan malamnya.
“Kau tahu, akhir-akhir ini Bumer terlihat seperti dayang-dayang,” ujar Brad, ia mengikat tali sepatunya. Mereka semua sedang berada di ruang loker setelah bebersih sehabis bermain dua permainan santai di gym.
“Kenapa begitu?” tanya Jerry sambil memasukkan barang-barang ke dalam loker. Ia membelit handuk di kepalanya seperti sorban.