“Bagaimana kalau kita nonton pertandingan basket nanti malam?”
Jadi di sinilah Khansa sekarang, duduk di bangku tribun bagian barat dengan Phira dan teman-temannya yang lain. Saat makan siang, Hanny mengajak mereka semua untuk menonton pertandingan. Katanya malam ini adalah pertandingan perdana tim basket mereka melawan negara bagian sebelah, yang berarti ini pertandingan yang sangat bergengsi. Paul bahkan mengenakan syal berwarna merah dan emas sebagai bentuk dukungan.
Para pemain basket sudah memenuhi lapangan. Merah dan emas melawan hijau dan putih, perbedaan yang kontras. Maskot singa dari sekolah mereka berlari ke sana kemari, mengintruksi para penonton untuk bersorak dengan semangat.
Khansa melihat Gabriel dan Jerry di tengah lapangan, berkostum nomor delapan dan dua puluh dua. Gabriel melesat membawa bola dari ring lawan menuju ringnya sendiri, mengoper pada seorang pemain sebelum menyambar bola itu lagi dan menembakkannya ke dalam ring. Penonton bersorak. Khansa tidak bisa berkomentar apa-apa selain bertepuk tangan. Cowok itu memang tidak ada yang mengalahkan kalau soal berlari. Gabriel berada di bawah ring dan bersiap untuk menembak bola ketika pemain lawan melompat dengan tangan terbuka untuk membloknya. Gabriel merunduk, membuat pemain itu terbang di udara kosong, lalu memasukkan bola dengan santai.
Pertandingan berjalan sampai quarter keempat dengan sekolah mereka memimpin empat poin. Permainan semakin memanas karena pemain lawan mulai bermain badan. Dari pintu ganda gym, Khansa melihat dua orang guru masuk ke arena pertandingan, mereka mengamati sekitar. Kedua guru itu bergerak ke salah satu bagian tribun penonton dan menarik paksa seseorang untuk turun. Khansa tidak bisa melihat dengan jelas siapa anak yang ditarik itu karena terhalang oleh para penonton. Baru ketika mereka bertiga terbebas dari keramaian Khansa menyadari siapa itu.
***
Khansa berlari terburu-buru mengejar kedua guru itu. Ia langsung turun dari tribun saat itu juga. Keduanya cepat sekali menghilang, ia tidak melihat mereka di koridor. Cewek itu berlari menuju ruang guru, tidak ada. Khansa beralih ke ruang kepala sekolah, mengintip dari jendelanya. Mereka ada di sana.
Khansa mengetuk pintu dan segera masuk ke dalam ruangan. “Permisi.”
Kepala sekolah dan salah satu guru yang tadi ia lihat di gym menoleh ke arahnya, tetapi anak yang terduduk di kursi itu tidak bergeming sama sekali.
“Maaf, saya mengganggu. Tapi kalau boleh saya bertanya, apa yang terjadi, Sir?”
Guru laki-laki berkumis cukup lebat menghela napas. Kedua tangannya saling menyilang. “Mr. Guaverra tertangkap basah mencuri uang kas sekolah.”
Kepala sekolah menimpali. “Sepertinya ini sudah yang kedua kalinya dalam sebulan kau berada di sini juga, Miss Guaverra,” ucapnya dengan alis melengkung turun.
Khansa menelah ludah, memandang lurus kepala tertutup tudung jaket di depannya.
Guru laki-laki itu, Mr. Mustace, bergerak ke arah Jeremy. “Kenapa kau mencurinya?”