Adelio menarik nafas panjang. Dia lirik jamnya. Sudah pukul 3.24 subuh. Di bukanya lagi HP nya, di lihatnya nomor Irabelle masih online.
“Tidurlah, sayang. Nanti kamu sakit!” katanya dengan mengirimkan pesan WA.
Tak lama HP nya bergetar. Irabelle menelpon. Adelio segera membatalkannya lalu mengirimkan pesan WA lagi. “Jangan telpon. Kirim WA saja. Abang lagi bersembunyi ini. Tidak boleh berisik, biar orang yang berniat jahat tidak tahu posisiku.”
Tak lama kemudian pesan Irabelle masuk. “Sayang, aku takut.”
“Mengapa? Ada bayangan yang menganggu Sayang kah di situ?” Balas Adelio mencoba bergurau.
“Iiih, sebel. Aku tuh mengkhawatirkanmu sayang. Aku tidak bisa tidur sekarang.”
“Jangan khawatirkan aku sayang. Kita sama-sama berdoa saja, ya. Kita serahkan kepadaNya. Kita bekerja baik dan jujur,” pesan Adelio mencoba menenangkan orang yang sangat disayanginya itu. Padahal kondisi dirinya sendiri juga tidak lebih baik.
“Ya, Sayang. Aku selalu berdoa untuk mu. Tapi aku ini manusia biasa. Tetap saja khawatir. Aku tidak mau ada apa-apa terjadi padamu. Aku tuh sayang dengan dirimu.”
“Tenang sayangku. Firasatku mengatakan bahwa kita pasti bisa melewati masalah ini. Aku sudah minta dengan Tuhan dalam setiap doaku, janganlah kita salah satunya mati dulu sebelum kita menikah.”
“Aku sayang dengan Abang. Kekasihku. Belahan jiwaku.”
“Say…”
“Ya?”
“Kita video call. Tapi suaranya dimatikan.”
“Ya, sayang.”
“Tapi Sayang yang telpon, ya. Paketku tinggal sedikit.”
“Tampaknya kamu stress banget Abang,” bunyi pesan balasan dari Irabelle.
“Memangnya kenapa?”
“Kamu tuh lupa ya, jika Video Call via WA tuh, baik si penelpon mau pun si penerima sama-sama di charge paketnya. Karena kamu stress, sayang sepertinya jadi lupa. Biasanya sayang selalu cerdas.”
“Oh, ya. Baik, aku yang telpon ya. Sampai paketnya habis, ya. Tidak usah bicara, kita hanya saling pandang saja.”
“Ya, Sayangku.”
Setelah tersambung, Adelio melihat Irabelle sedang berbaring dengan pakaian tidurnya berwarna biru laut. Tubuh rampingnya yang putih mulus itu tampak seksi sekali dan kontras dengan warna piyamanya itu.
Adelio menelan air liurnya berkali-kali. Entah kapan dia bisa tidur bersama wanita pujaannya itu.
Adelio duduk dengan mencari posisi tidak tepat dihadapan jendela kaca itu. Untuk memastikan keamanan dirinya. Agar orang tidak tahu jika dirinya ada di dalam kamar.
“Say, aku tidak bisa meliat kamu,” pesan Irabelle memberi kode dengan tangannya.
“Tidak perlu. Lampu kumatikan, biar orang tidak bisa mengintip aku. Biarkan aku saja yang memandang tubuh cantikmu,” balas Adelio mencoba juga mengirim pesan dengan tangannya.
“Ya lah, Sayang!” balas Irabelle lagi dengan mengacyungkan jempolnya tanda mengerti.