Integritas Penyelenggara Pemilu

Yovinus
Chapter #39

39-Mengantarkan hasil Pleno ke Provinsi

Setelah empat hari tiga malam non-stop melaksanakan rapat pleno rekapitulasi hasil Pemilu di tingkat KPU Kabupaten Rotan, hanya istirahat makan dan mandi saja, akhirnya pada siang hari keempat, hasil perolehan suara bisa ditetapkan.

Itupun setelah melalui pergulatan dan adu argumentasi yang panjang. Sehingga beberapa kali pleno itu di skors untuk meminta masukan dari dari Bawaslu dan KPU Provinsi.

Pleno yang mereka lakukan rata-rata dimulai pada jam delapan pagi, istirahat pada pukul 12 sampai pukul satu siang. Kemudian di sambung lagi dari jam 1 siang sampai jam 5.30 sore. Istirahat dari 5.30 sampai jam tujuh malam. Dari jam tujuh malam rapat lagi sampai jam 11.30 malam.

Lalu istirahat lagi sampai jam 1 malam. Setelah itu dilanjutkan lagi sampai jam 3 subuh. Begitulah terus sampai hari keempat ini baru bisa rampung. Adelio teringat, sampai 12 kali rapat pleno itu dia diskor karena memang sulit untuk diputuskan.

Hasil rekapitulasi tingkat Kabupaten/Kota ini harus diantarkan ke KPU Provinsi, agar bisa di plenokan di sana bersama Kabupaten / Kota yang lainnya, sehingga bisa menjadi hasil pleno Tingkat Provinsi. Dari hasil pleno Tingkat Provinsi, akan dibawa ke Jakarta dan di pleno kan di sana bersama seluruh hasil pleno Tingkat Provinsi se-Indonesia, sehingga menjadi hasil untuk tingkat Nasional.

Adelio sudah menegaskan agar mereka disediakan dua buah mobil Kijang jenis Innova untuk mengantarkan hasil Pemilu ke Provinsi kepada sekretariat. Tetapi ternyata hanya ada Toyota Avanza saja.

“Innovanya kemana?”

“Ada yang memakainya, Pak!” jawab bagian keuangan yang mengurusnya.

“Kok bisa? Padahal saya sudah wanti-wanti kemarin itu. kita harus pakai Innova, biar agak lapang sedikit dan lebih aman karena stabil,” tukas Adelio agak kesal. “Karena barang begini sangat penting, kok bisa-bisanya mobil sudah diganti tanpa memberitahu saya.”

Adelio pun tidak banyak berkata lagi. Mereka terpaksa berangkat menggunakan dua buah mobil Avanza. Karena hanya itulah yang ada di halaman KPU. Haripun sudah sangat siang sehingga tidak ada waktu lagi untuk ganti mobil. Adelio melihat sudah pukul 09.00 lewat. Bangunnya agak siang karena tadi malam mereka sampai pukul 0.400 subuh.

Kotak hasil Pleno di tingkat Kabupaten itu diletakan dibagian belakang. Di bagian depan sopir bersama seorang komisioner lainnya. Mereka bertiga di tengah, satu anggota Kepolisian di sebelah kanan dan satu orang tentara di sebelah kiri. Khusus anggota Polisi karena dia sebagai pengaman utama, maka dia menenteng senapan laras panjang. Sementara tentara hanya membawa pisau komandonya saja.

Di mobil yang satunya lagi, ada satu komisioner KPU, satu anggota Bawaslu, satu polisi, satu TNI, dan berkas-berkas lainnya yang di minta di bawa oleh KPU Provinsi. Mobil yang ditumpangi oleh Adelio, berjalan duluan dan mobil lainnya itu mengikuti dari belakang.

“Jangan terlalu laju, ya Pak!” pesan Adelio kepada sopir mereka. “Kita ini membawa suara rakyat. Yang penting kita bisa sampai dengan selamat.”

“Tenang, Pak. Kita santai saja,” sahut sopir mereka yang adalah sekaligus anggota BIN itu, karena dia sendiri yang memintanya dirinya sebagai sopir sekaligus memastikan hasil pleno itu aman.

Ternyata yang dimaksud santai oleh sopir mereka itu adalah kecepatan antara 100-120 km/jam di jalan yang bagus, sehingga mobil kecil itu sering terasa melayang di angkasa. Hanya karena terlalu banyak kondisi jalan yang jelek saja maka mereka tidak bisa konstan melaju dalam kecepatan tinggi.

Adelio beberapa kali berdoa dalam hati, agar mereka bisa selamat sampai tujuan. Pada akhirya dia tidak mau lagi mengingatkan sopirnya, karena setelah beberapa kali diingatkan, malahan mobil mereka dibawanya semakin laju dengan manuver-manuver yang menakutkan dan membahayakan.

Sehingga mobil kecil kelas mini MPV ini sering terasa melayang diangkasa. Beberapa kali mobil Innova, Fortuner, dan High Lux mereka potong dalam perjalanan itu.

Kayaknya sopirnya itu sangat senang jika penumpangnya ketakutan. Sepertinya ada yang salah di syarafnya. Untung Adelio sudah antisipasi, sehingga dari awal dia memilih duduk bangku barisan tengah. Karena menurut pengalaman selama ini, jika kecelakaannya tidak terlalu parah, maka biasanya penumpang di tengah masih selamat.

Perjalanan menempuh jarak sekiatar 400 kilometer dari ibukota kabupaten Rotan menuju ibukota provinsi mereka tempuh kurang lebih 10 jam lebih. Mereka hanya singgah sebentar di Sosok, tempat biasa bus antar kota berhenti umtuk makan malam. Tetapi Adelio hanya turun sebentar untuk membeli nasi Padang dan mereka makan di sekitar mobil. Tidak berani meninggalkannya dalam keadan kosong, karena barang-barang yang mereka bawa.

 

***

 

Hari sudah malam ketika mereka sampai di kota Pontianak. Mobil pengantar hasil rekapitulasi dari kabupaten Rotan langsung menuju ke hotel Mercure, karena rapat pleno tingkat Provinsi dilaksanakan di sana.

Lihat selengkapnya