Rombongan KPU Rotan yang berjumlah 13 orang itu berkelana di pulau Bali. Mereka mengunjungi pantai Kuta dikecamatan Kuta, Tanah Lot di kabupaten Tabanan, pura Besakih di Karangasem, danau Batur di Kintamani, danau Beratan di Bedugul, serta yang terakhir ke pantai Sanur di Denpasar Selatan.
Dari bandara internasional I Gusti Ngurah Rai, mereka langsung menuju ke pantai Kuta yang terletak di kabupaten Badung ini. Jaraknya hanya 4,3 km dan sebenarnya bisa ditempuh dalam waktu 11 menit saja ke pantai sepanjang 5 km itu, tetapi karena mereka menaiki kendaraan umum, maka harus berhenti dulu di Area Central Park untuk bertukar kendaraan dengan menaiki shuttle Bus, sehingga prosesnya jadi lebih satu jam.
Karena kebetulan kedatangan rombongan mereka pada siang hari, maka mereka bersempatan untuk menyaksikan sunset di pantai Kuta.
Besoknya mereka menuju ke tanah Lot, yaitu tempat berdirinya Pura Luhur Tanah Lot yang berjarak sekitar 20 km dari pantai Kuta dan mereka tempuh selama satu jam menggunakan mobil carteran.
Sebenarnya jarak sejauh ini jika di jalan antar kota di pulau Kalimantan, bisa ditempuh lebih cepat, tetapi karena di Bali jalan-jalanya lebih sempit dan kendaraan yang lalu lalang itu sangat ramai, maka tidak bisa memacu kendaraan lebih cepat.
Pura Luhur Tanah Lot adalah sebuah tempat suci agama Hindu yang mempunyai keindahan yang natural dengan Tanah Lot sunset Bali yang memukau. Pura ini terletak di atas batu karang laut besar menghadap ke samudra Hindia.
Di tanah Lot mereka hanya singgah beberapa jam dan makan siang disitu, karena mereka akan segera menuju ke pura Besakih di Karangasem. Untuk ke pura Besakih, mereka memilih jalur yang terpendek, yaitu 66 km saja melalui jalan utama Dr. Ida bagus Mantra langsung ke jalan Besakih, yang mereka tempuh selama lebih dari dua jam. Di pura Besakih mereka hanya poto-poto dan membeli beberapa buah cinderamata.
Selesai di Tanah Lot, mereka langsung menuju ke danau Batur. Di danau batur mereka menginap di Batur Volcano Guest House, karena biaya kamarnya masih terjangkau. Yang unik di sini, adalah karena kolam renang luar ruangannya serta jaraknya yang sangat dekat dengan danau Batur, juga didapat view eksotisme ke gunung Baturnya.
Siangnya mereka manfaatkan untuk melakukan kegiatan memancing, sehingga tidak terasa hari sudah menjelang sore. Pada sore harinya hampir semua berangkat untuk mencari kopi Kintamani yang cukup terkenal itu. Orang-orang KPU itu sering kerja lembur, sehingga ndak laki-laki ndak perempuan semuanya pada jago ngopi.
Hanya tertinggal Asmanto dan Davina saja di hotel. Keduanya sepakat untuk mandi di kolam luar ruangan yang tersedia di hotel itu. Di sini juga menyebabkan hubungan Asmanto dan Davina menjadi lebih dekat. Ketika itu mereka berdua berenang di kolam.
“Putih benar pahamu,” celetuk Asmanto perlahan ketika melihat paha Davina begitu putihnya terkena air.
“Memangnya ngapa? Mau?” ujar Davina dengan berbisik setengah menggoda.
“Jangan menggodaku, nanti ku pegang!” ancam Asmanto juga dengan berbisik.”
“Memangnya berani?” bisik Davina menantang.
“Cobalah berendam kalau memang berani!” ujar Asmanto.
Melihat Davina langsung berendam, Asmanto langsung menyelam dan meraba Davina dari dalam air. Lalu timbul lagi, sehingga orang yang berada di sekitarnya tidak tahu kelakuannya.
“Nah, lihatkan. Kamu kira aku tidak berani?” bisik Asmanto setelah timbul ke permukaan.
“Cuma segitu saja, apa enaknya? Tidak puas, tahu!” tukas Davina.
“Memangnya mau lebih?”
“Mana kamu berani.”
“Ayo kita cari kamar saja! Akan kubuktikan, ya!”
Akhirnya keduanya pulang ke hotel, Asmanto segera menyewa kamar untuk kegiatan mereka. Lalu mengirim pesan WA di group mereka, mengatakan keduanya mau makan keluar.
Setelah itu smartphone mereka segera dimatikan. Padahal keduanya masuk ke kamar yang baru di sewa. Keduanya semakin mengenal tubuh masing-masing, sehingga tidak ada lagi rahasia antara keduanya.
Ada dua jam keduanya jungkir balik di kamar itu, setelah beberapa kali mencapai kebersamaan baru mereka keluar. Keluarnya satu satu, takut ketahuan.