Nuraini tersenyum, “aku hanya menebak saja. Tapi kamu kok begitu terkejut,” serunya lagi sambil terus melihat Irabelle, mencoba mencari jawabannya dari sinar mata temannya itu.
“Tadi telponmu berdering. Ketika kulihat wajah penelponnya, wajah Adelio muncul di situ. Itu pasti dari DP-nya. Tapi anehnya, kok namanya kamu tulis Fidelia,” ujar Nuraini.
Irabelle masih terdiam, dia masih belum bisa mengatakan apa-apa. Sehingga Nuraini tidak ragu lagi jika sepertinya memang ada hubungan khusus antara Irabelle dengan Adelio.
“Aku inikan orang penyuka sastra, Bell. Sehingga aku tahu jika Fidelia itu memang nama untuk wanita, yang artinya adalah orang yang dapat dipercaya. Mengapa kamu menyamarkan namanya. Kan kamu bisa tulis saja dengan kata sepoerti misalnya Ketua atau pak Ketua.”
Irabelle hanya diam saja. Tapi tampaknya wajahnya sangat tegang. “Tidak apa-apa, Bell! Aku bisa kok menjaga rahasiamu, kalau kamu tidak mau ketahuan.”
“Tolong rahasiakan, ya Nur. Sungguh, aku minta tolong, deh.”
“Okay. Aku bisa jaga rahasiamu. But why, Bell?”
Irabelle tercenung sebentar. “Sebenarnya kami sudah pacaran hanya beberapa bulan setelah para anggoita KPU baru itu masuk, tapi kami rahasiakan. Karena Adelio takut dipermasalahkan, sebab aturannya sesama penyelenggarakan tidak boleh pacaran atau menikah.
“Tapi mengapa juga kami dua Jafar? Atau seperti Benben dengan Alexandra, misalnya? Toh tidak apa-apa, kan?”
“Diakan ketua, Nur. Apalagi selama ini dia selalu dilaporkan ke Provinsi oleh seseorang yang sangat misterius. Jadi dia takut hubungan kami akan mempengaruhi karirnya,” tukas Irabelle menjelaskan alasannya.
Nuraini menarik nafas. “Aku juga heran. Orang sebaik itu kok jadi dibenci?”
“Setelah beberapa bulan, aku jadi tahu jika dia berperangai baik. Makanya aku tidak menolak ketika dia menyatakan cintanya padaku.”
“Memang menurutku dialah satu satunya laki-laki di kantor kita yang tidak pernah usil atau menggoda selain Jafar. Kalau yang lain itu, ada saja cara mereka hanya sekedar untuk bisa memegang tangan kita. Apa lagi Bapak Bapak yang sudah punya anak isteri itu. Uh kesal. Kalau tidak mikirkan kerjaan, sudah lama aku keluar dari sini,” tutur Nuraini sedikit emosional.
“Nur. Tolong off the record, ya? Please!” pinta Irabelle sambil memegang tangan kawannya ini.
“Aku kan kawanmu. Pasti bisa dong. Suer!” tukas Nuraini meyakinkan kawannya.
“Mak kasih, ya Nur. Tyhanks banget,” ucap Irabelle sambil memeluk kawannya erat.
Nuraini beberapa kali menepuk bahu kawannya ini secara perlahan sambil tersenyum. Irabelle, ternyata kamu sudah punya cinta.