Hiruk pikuk euphoria Pemilu sudah selesai. Para anggota Dewan dan Pemenang Kepala Daerah pun hanya menunggu waktu pelantikan. Konsolidasi antara yang menang dan kalah pun sudah banyak berlangsung secara senyap.
Bahkan banyak yang sudah melupakan peristiwa itu, sekarang mereka mengambil langkah dan kebijakan baru untuk menatap masa depan yang lebih baik di dalam membangun daerah masing-masing. Meskipun masih banyak juga yang belum bisa move on.
Adelio mendapat undangan untuk rapat evaluasi tentang Rumah Pintar Pemilu di kota Palu, pulau Sulawesi. Sebenarnya acaranya terbagi tiga. Untuk Wilayah Barat, acaranya di Banten. Wilayah Tengah di Palu dan Wilayah Timur di Raja Ampat. Pelaksanaan evaluasi ini tidaklah serentak, karena harus dihadiri oleh Ketua KPU RI.
Terus terang saja Adelio agak ngeri-ngeri sedap untuk pergi ke Palu. Karena lokasinya tidak terlalu jauh dari Poso, daerah yang menurutnya sampai sekarang masih sangat rawan. Sesuatu yang menurut Adelio adalah konyol.
Karena Tuhan tidak pernah merekomendasikan kepada sesama manusia untuk saling menghakimi dengan keyakinan masing-masing, karena Tuhan masih mampu menjadi hakim yang adil pada akhir jaman.
“Yang! Aku berangkat ya,” pesan Adelio via aplikasi WA ke Irabelle. Mereka sampai saat ini lebih sering komunikasi via media elektronik, karena masih belum mau menyatakan hubungan mereka secara terbuka.
Tak lama kemudian, muncul balasannya. “Hati-hati di jalan sayang. Jangan lupa selalu berdoa, ya.”
“Siap, Sayang. Terima kasih telah mengingatkan.”
“Kamu juga hati-hati,” pesan Adelio juga mengingatkan Irabelle. “Aku sungguh mencintaimu.”
“Jangan khawatir sayang. Aku akan selalu setia menunggu dirimu, Say.”
Adelio berangkat duluan, karena sekretarisnya akan menyusul besoknya. Dia berangkat ke ibu kota Provinsi menggunakan bis DAMRI yang berjalan malam hari, subuhnya langsung menuju bandara Supadio Pontianak.
Lalu pagi-pagi Adelio check in dan terbang dengan pesawat Garuda, transit di Cengkareng Jakarta lalu langsung terbang ke arah Palu dengan singgah sebentar di bandara internasional Sultan Hasanuddin Makassar untuk mengantarkan penumpang, setelah itu baru lanjut lagi ke kota Palu ibukota Sulawesi Tengah.
Sewaktu check in di bandara, Adelio sudah meminta untuk duduk di dekat jendela di bagian depan wings pesawat. Sehingga dia bebas melihat pemandangan dari udara, sebuah kebiasaan yang selalu dilakukannya ketika terbang dengan pesawat.