Integritas Penyelenggara Pemilu

Yovinus
Chapter #50

50-Bantuan Aspirasi Ketua Dewan

Adelio sedang berjalan-jalan di dalam ruangan rumah pintar pemilu kabupaten Rotan itu. Sebuah tempat yang tidak lama lagi akan ditinggalkanya. Dia berharap KPU yang baru bisa melanjutkan kegiatan rumah Pintar Pemilu ini. Sebagai tempat untuk kepentingan literasi Pemilu di kabupaten Rotan.

Semoga generasi mudanya bisa belajar tentang Pemilu di sini, sehingga di sinilah dimulainya didapatkannya seorang Pemimpin yang mampu mengayomi dan membangun bumi Rotan yang sejahtera bagi seluruh warganya. Sehingga tercipta masyarakat yang aman dan damai serta hidup serba berkecukupan.

Di dinding terpampang poto mereka berlima. Tampak sekali wajah ceria mereka di situ. Poto mereka sewaktu dilantik ketika awal masuk KPU. Sebuah poto kenangan manis, yang semoga saja membawa makna bagi KPU dan siapapun anggotanya kelak.

Agar KPU Kabupaten Rotan selalu mampu menjaga marwahnya sebagai sebuah lembaga Penyelenggara Pemilu yang berintegritas. Jangan sampai suatu saat dinntervensi oleh berbagai pihak untuk kepentingan sekelompok orang.

Smartphone Android di saku baju Adelio bergetar beberapa kali. Diambilnya dan dilihatnya.

 

Video call Ketua Dewan Kabupaten Rotan.

 

Adelio menggesernya ke arah kanan dan menjawab telponnya.

“Saya tunggu sekarang di kantor, ya pak Ketua!” tukas ketua Dewan kabupaten Rotan sambil tersenyum cerah.

“Ya, Pak. Setengah jam lah saya mungkin sampai ke tempat Bapak,” sahut Adelio. Dia bingung, ada apa ketua Dewan kabupaten menelponya sudah jam 11.00 siang seperti itu.

Tetapi Adelio tetap mempersiapkan dirinya dan mengendarai sepeda motornya. Melaju ke tempat kantor Dewan Kabupaten yang berjarak sekitar 8 kilometer dari kantor KPU.

Adelio sangat senang berinteraksi dengan ketua Dewan ini. Orangnya ramah dengan siapa pun, tutur katanya penuh sopan santun dan dia tidak pernah marah.

Pernah tersiar khabar, bahwa dulu dia hidupnya sangat miskin, menderita, dan banyak hutang. Bahkan konon ceritanya sampai pernah beberapa kali dia bersembunyi karena hutangnya di tagih orang.

Tetapi dia menyadari kondisi hidupnya itu. Dia berusaha memperbaikinya. Sehingga akhirnya dia menjadi tim sukses seseorang calon legislative. Dari situ dia sedikit-sedikit dapat uang untuk memulai hidupnya.

Pada awalnya dia memelihara ikan, kemudian beberapa bulan setelah itu ekspansi memelihara kambing. Beberapa tahun setelahnya memelihara sapi dan juga sambil menanam karet di lahan yang dimiliki ayahnya.

Sehingga suatu saat, kolam ikannya sudah begitu banyak, kambingnya berkembang pesat dan sapinya juga sangat banyak serta kebun karet unggulnya sudah ratusan ribu batang. Sehingga perlahan-lahan dia menjelma menjadi orang yang hidup berkecukupan.

Lalu semua utangnya dilunaskannya satu per satu. Setelah itu dia mencalonkan dirinya menjadi seorang calon anggota legislatif dan beruntung juga bisa duduk, sehingga sekarang bisa menjadi seorang ketua Dewan di kabupaten Rotan karena partainya merupakan pemenang Pemilu di kabupaten Rotan.

Pernah juga sopir pribadinya cerita ke pada orang lain, bahwa ketua Dewan ini sangat hormat kepada ayahnya, meskipun sekarang ayahnya sudah lumpuh karena terserang stroke.

Suatu saat mereka pernah sudah di dalam mobil untuk melakukan sebuah perjalanan jauh, ayahnya memanggil dari dalam rumah. Ternyata ayahnya mau buang air besar, dan dia hanya mau ketua dewan ini yang membersihkannya setelah dia buang air besar.

Ketua dewan itu serta-merta menunda keberangkatan mereka, lalu dia menunggu ayahnya buang air besar, membersihkannya, kemudian barulah mereka kembali berangkat lagi.

Karena jalan rusak berat, penuh lobang besar dan dalam serta becek, maka jarak sejauh itu harus di tempuh hampir setengah jam. Karena Adelio harus berjalan hati-hati dan tidak berani lebih cepat dari 30 km perjam.

Sesampai di kantor Dewan, Adelio melapor dulu ke bagian satpam, lalu di suruh naik ke lantai dua. Sesampai di lantai dua, berjalan kurang lebih dua puluh meter ke arah ujung, karena ruangan Ketua letaknya di bagian paling ujung.

Ketika pintu di ketuk, tak beberapa lama dibukakan oleh seorang wanita, yang belakangan diketahui sebagai sekretarisnya. Orangnya tinggi, ramping dan berwajah oriental dan memang cantik, menggunakan kerudung dengan motif yang sangat indah.

 

Tinggi juga selera pak ketua ini.

 

“Silakan masuk, Pak. Pak ketua KPU, kan?” tanya gadis itu sangat ramah sambil tersenyum dengan memperlihatkan gigi yang rapi seperti biji mentimun.

 

Lihat selengkapnya