Adelio memarkirkan mobil Kijang Kapsul jenis LX itu di garasi kantor KPU. Kendaraan dinas yang sudah berusia 12 tahun ini kondisinya sebenarnya masih bagus jika perawatannya dilakukan secara berkala.
Mobil ini setiap tahun mendapatkan uang pemeliharaan dari pusat sebesar 18 juta rupiah, tetapi kemarin Adelio heran bagaimana mungkin olie baknya sampai ada endapan tebal di bagian bawah bak mesinnya. Artinya itu sudah sangat lama tidak pernah dibersihkan.
Adelio juga heran akan sikap sense of belonging para pemakai terhadap kendaraan dinas ini yang sangat kurang, sepertinya mereka tidak terlalu perduli. Padahal sebenarnya, meskipun itu milik negara, jika semua kendaraan dinas itu selalu dirawat secara berkala, toh berapa besar keuangan negara bisa di hemat jika di lakukan di seluruh Indonesia.
Apa lagi setiap tahunnya negara selalu menganggarkan biaya pemeliharaan yang cukup besar untuk setiap kendaraan dinas itu.
Di satu sisi orang-orang mengklaim bahwa dirinya taat beragama, tetapi di sisi lain dia berbuat sesuatu yang tidak disadarinya bahwa itu adalah dosa. Misalnya mengubah bill hotel dan perjalanan lainnya, memark-up harga barang-barang kantor, masuk kantor tidak disiplin, meng-SPJ-kan uang-uang yang bukan menjadi haknya, mengkorupsi uang proyek dengan menggunakan sebesar-besarnya untuk kepentingannya sendiri seolah itu bukan uang negara dan lain sebagainya.
Padahal jika hal-hal ini bisa diberantas, maka tidak bisa dibayangkan betapa majunya Indonesia. Sudah hampir serratus tahun kita merdeka, tetapi pembangunan fisik dan manusia sepertinya berjalan di tempat, bahkan tertinggal dari negara-negara lain yang baru merdeka seperti Malaysia dan Vietnam.
Beberapa minggu ini Adelio menggunakan mobil dinas kantor itu karena sepeda motornya rusak. Sepeda motor itu dia parkirkan di tepi jalan yang ada paritnya ketika mereka sedang rapat dengan Bawaslu kabupaten.
Saat itu hujan deras dan terjadi angin ribut. Entah bagaimana ketika Adelio keluar sepulang rapat, sepeda motornya sudah berada di dalam parit. Dan itu sepertinya sudah terjadi selama beberapa jam yang lalu. Kebetulan juga mobil dinas ini adalah yang paling tua dan kondisinya paling buruk, sehingga akhir-akhir ini sepertinya selalu dihindari untuk digunakan.
Setelah memasuki ruangannya, Adelio membersihkan mejanya dan mengelap semua peralatannya sehingga bersih dari debu. Setelah itu dia keluar lagi ke arah dapur dan memasak kopinya sendiri. Karena hanya untuk satu gelas kopi, maka sebentar saja airnya sudah mendidih.
“Ih, Bapak. Mengapa tidak menyuruh kami saja, kami kan bisa mengerjakannya. Kok harus Bapak sendiri yang sampai harus memasaknya?” sapa Nuraini ketika kebetulan dia melihat Adelio memasak kopinya.
“Tidak apa, Non. Saya tidak mau merepotkan kalian. Kalian sudah sangat sibuk dengan kegiatan kalian yang lainnya,” sahut Adelio dengan senyum ramah kepada Nuraini.
“Ndak apa-apa kok, Pak. Komisioner yang lainnya kan selalu meminta tolong kami. Kami mau kok masakan kopi atau Indomie jika Bapak mau. Atau paling tidak Bapak bisa minta tolong ke Irabelle,” kata Nuraini sambil tersenyum.
“Huh. Mulai ya, gossip!” seru Adelio tersenyum.
“Benar pun ndak apa-apa kok, Pak. Irabelle memang sangat cantik dan orangnya baik. Bapak tidak rugi mengambilnya sebagai pacar,” desis Nuraini lagi seolah-olah tidak tahu jika dia sudah mengetahui hubungan mereka berdua.
“Kalau dia memang menurutmu cantik, belum pasti dia mau dengan saya,” seru Adelio masih terus berpura-pura.
“Tapi sungguh lho, Pak. Kalau perlu kopi atau rebus mie atau ada barang lain yang Bapak perlu, tinggal bilang saja kepada kami. Kita siap kok membantu,” sahut Nuraini menawarkan jasa. Sehingga pembicaraan tentang Irabelle berhenti sampai di situ. Karena Nuraini tidak mau mengingkari janjinya dengan Irabelle.
Adelio tidak menjawab. Dia hanya tersenyum saja. Karena dia memang tidak mau merepotkan mereka dan sok jadi big boss.
Dia pernah menonton sebuah filem produksi Holywood, ada seorang walikota yang memasak dan membuat kopinya sendiri ketika berada di kantor. Sangat jauh jika dibandingkan dengan kebiasaan di Indonesia. Di mana seorang Bupati saja protokolernya minta ampun ruwetnya. Bahkan para isteri mereka saja punya pengawal dan sopir pribadi.
Berapa uang negara yang bisa dihemat jika hal-hal kecil seperti ini bisa dikerjakan sendiri tanpa harus menggaji orang lain. Di samping itu juga, Adelio takut terlalu akrab dengan para anak honorer ini. Karena Adelio melihat mereka sangat cantik-cantik. Takut dia tidak tahan iman dan lalu jatuh cinta pula dengan mereka. Cintanya cukuplah dengan Irabelle seorang.