Adelio menarik nafas sebentar. Lalu berkonsentrasi. Kemudian menuliskan pesan WhattsAppnya kepada para dosen pembimbing dan dosen penguji.
Selamat siang Bapak dan Ibu. Saya sudah berkonsultasi dengan KaProdi S2. Saran beliau. Ujian terutup sudah boleh dilakukan, karena semua syarat sudah terpenuhi. Dan beliau menyarankan pada hari Sabtu pagi minggu ini, pukul 08.00 WIB.
Oleh sebab itu, dengan perantaraan WA ini, dengan segala hormat, saya memohon kesediaan Bapak dan Ibu untuk mencermati segala jadwal kegiatan Bapak dan ibu pada hari itu, apakah ujian tertutup untuk saya bisa dilaksanakan sesuai waktu yang telah ditetapkan oleh KaProdi itu?
Mohon Bapak dan Ibu memposting jawabannya, sehingga saya mendapatkan kepastian agar bisa menghubungi sekretariat S2 untuk membuat undangan dan menghubungi bagian prasarana kampus untuk meminjam ruang sidang.
Atas kerelaan Bapak dan Ibu dosen pembimbing dan penguji semuanya, terlebih dahulu saya sampaikan banyak terima kasih dan mohon maaf yang sebesar-besarnya jika ada hal-hal yang kurang berkenan dalam pesan WA saya ini.
Adelio beberapa kali melihat kembali pesan WA yang ditulisnya itu dengan teliti. Setelah yakin tidak ada kesalahan lagi, maka dia tekan tombol kirim warna hijau.
Beberapa menit kemudian kedua orang dosen pembimbingnya mengatakan ‘Okay’, tetapi satunya katanya agak terlambat setengah jam, karena masih ada kelas. Sementara kedua orang dosen pengujinya mengatakan ‘Okay’ semua.
Tidak lupa Adelio mengucapkan terima kasih, lalu setelah berkemas seadanya dia langsung menuju ke kampus dan menghubungi bagian sekretariat S2 untuk mengurusi segala undangan dan surat-surat yang diperlukan.
“Ini beberapa syarat ujian yang harus dipenuhi, Bapak!” jelas bagian sekretariat itu kepadanya. “Potocopy Kartu Mahasiswa yang masih berlaku, Transkrip Nilai, potocopy bukti lunas pembayaran SPP, Surat bebas Pinjaman dari Perpustakaan Fakultas, sertifikat seminar international di luar negeri dua buah, sertifikat TOEFL dengan nilai minimal 500, Hard Copy tesis sebanyak enam buah, Artikel yang dijilid terpisah sebanyak dua buah.”
“Ini, Pak. Ada semuanya, Bapak!” tukas Adelio sambil menyerahkan satu persatu syarat yang di minta. Karena sebelumnya dia sudah bertanya kepada kawan-kawannya yang sudah duluan ujian, sehingga bisa dia persiapkan semuanya.
“Okay, saya lihat dulu ya,” sahut bagian sekretariatnya dan melihat semua persyaratannya itu satu-persatu.
“Baik, Bapak. Sudah lengkap semua,” tukasnya dengan ramah. “Tunggu ya, saya buatkan undangan dan segala persyaratan administrasi lainnya.
“Kalau masih lama, saya keluar dulu Bapak.”
“Oh, boleh. Nanti paling lambat sebelum jam istirahat, Bapak ke sini lagi untuk mengambilnya.
“Okay, saya permisi dulu.”
Adelio segera keluar ruangan itu dan pergi menuju ke meja yang memang disiapkan oleh kampus untuk duduk-duduk mahasiswa sambil berinternetan memanfaatkan Wi-Fi kampus atau mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan kuliah.
Dia lalu mnembuka Ponselnya dan mengirim pesan WA ke Irabelle yang sedang menunggunya di hotel.
Lagi apa sayang?
Lagi tiduran nih, habis kamu lama benar, keluhnya.
Tadi ku ajak kamu tidak mau ikut, tukas Adelio mengingatkan.
Ah, siapa sanggup duduk berjam-jam menunggu dosen yang entah kapan datangnya, sahut Irabelle.
Oh ya, mereka sudah setuju aku maju untuk ujian tertutup. Paling lama satu jam lagi aku sudah pulang. Mau dibelikan makanan apa sayang?
Beberapa menit Irabelle tidak membalas, mungkin memikirkannya. Aku pesan dada ayam goreng saja, ya. Jawab Irabelle setelah agak lama.