Kalau begitu, aku ikut. Aku memang ingin selalu dekat denganmu. Di sinipun si HANTU itu selalu menggodaku.
Terlihat sekali jika Irabelle sedang kesal, karena yang dimaksud dia dengan HANTU itu pastilah Ignacio yang memang indekost di dekat rumah mereka.
Baik. Aku pesankan tiket bis dan kamar hotel. Besok malam kita berangkat. Persiapkan dirimu. Bawa pakaian seadanya saja.
Adelio memesan tiket menggunakan bus Maju Terus tujuan Pontianak. Sementara hotelnya kali ini dia pesankan hotel Orchard Perdana. Karena di situ juga sarapannya tidak kalah enak dibandingkan hotel 95.
Adelio membawa tesisnya yang sudah direvisi itu kepada dosen pembimbing utamanya. Langsung di ACC. Lalu ke pembimbing kedua, juga langsung di-ACC.
Sepertinya kali ini jalannya mulus.
Lalu dia menghadap kembali ke bagian sekretariat. Persyaratannya pada umumnya masih sama dengan kemarin, hanya ada tambahan bukti unggah artikel saja.
“Di mana mengambilnya?” tanya Adelio.
“Di bagian 4 P. Nanti mereka yang akan mengarahkannya.”
“Baik, terima kasih, Bapak. Saya ke sana dulu.”
Adelio kembali ke bagian depan kampus, ke bagian akademik dan di dekat akademik terdapat bagian 4 P, tempat mengunggah artikel kemarin. Jaraknya dari sekretariat S2 di bagian belakang sekitar 300 meter. Lumayan menguras energi kalau berjalan cepat seperti sekarang.
“Bapak ada bawa hard copy artikelnya?”
“Tidak ada, Pak. Tapi saya bisa cetak di copy centre dekat kantin itu.”
“Okay, silakan di cetak dulu, Bapak. Nanti ke sini lagi kalau sudah selesai.”
“Oh ya, jam berapa tutup siang, Pak?”
“Puku 12.00 sampai pukul 13.00 kami tutup. Istirahat siang. Setelah itu boleh Bapak datang lagi ke sini. Jangan lewat pukul 15.30, karena setelah itu kami sudah pulang.”
“Baik, Bapak. Terima kasih,” ujar Adelio langsung bergegas menuju ke copy centre sekitar 150 meter dari situ.
Mahasiswa-mahasiswi yang antri dengan copy centre itu cukup banyak.
“Mau apa, Pak?” tanya salah seorang karyawatinya menyapa Adelio ketika melihat dia berdiri sambil celingukan. orangnya ramah, berkulit hitam manis tapi ramping.
“Mau print artikel,” jawab Adelio sambil menyerahkan Flash Disknya. “Cetak tiga rangkap ya,” sambung Adelio lagi. “Bisa langsung di jilid, ndak?” tanya Adelio lagi buru-buru.
“Baik, Pak. Tunggu sebentar.”
Ketika selesai dan membayarnya, Adelio melirik jam tangan Casionya. Masih pukul 11.20’.