Usia perkawinan Adelio dan Irabelle sudah memasuki bulan ke tiga, dan sepertinya Irabelle sudah mulai hamil. Karena dia sekarang kalau pagi-pagi itu biasa muntah-muntah. Nanti terasa agak enak setelah menjelang siang hari.
Tetapi sekarang dia punya penyakit baru, yaitu sangat suka mengerjakan pekerjaan laki-laki. Seperti mengecat rumah, membuat tempat duduk dari papan, membuat centong nasi dari kayu, dan lain-lainya, pokoknya pekerjaan yang utamanya dikerjakan oleh laki-laki.
Keduanya sudah pindah ke ibu kota provinsi. Meskipun rumah mereka belum selesai, tetapi sebulan sesudah menikah, Adelio memboyongnya ke Pontianak. Alasan Adelio adalah agar mereka dekat untuk mengawasi pembangunan rumah mereka.
Selain itu juga, Adelio sudah meminta Irabelle berhenti dengan hormat sebagai tenaga honorer di KPU. Dia tidak mau isterinya masih berdekatan dengan Ignacio.
Sore itu Irabelle merasa capek sekali, karena seharian dia sangat sibuk membuat tempat duduk di bagian belakang rumah. Sudah beberapa kali Adelio mengingatkannya, supaya dia jangan terlalu capek. Tetapi dia tidak perduli, sebelum selesai dia tidak mau berhenti.
“Ini bukan rumah kita, ini hanya rumah sewaan saja. Nanti setelah kita pindah, akan kita tinggalkan,” ujar Adelio mengingatkan isterinya.
“Tapi aku senang sekali bertukang, Abang!” tukas Irabelle isterinya.
Semenjak itu, Adelio tidak lagi ambil pusing akan kelakuan isterinya itu. Mungkin juga hal itu adalah pembawaan janin dalam perut isterinya, gumamnya dalam hatinya. So, do what She likes.
“Aku duluan baring, Abang. Capek sekali rasanya.”
“Oh ya, sayang. Ndak apa-apa. Tapi belum ditemani, ya. Abang lagi mau menulis dulu.”
“Uk uu…,” sahutnya sambil menggerakan kepala turun naik.
Adelio hanya mengantar Irabelle untuk masuk kamar tidur mereka, setelah itu dia keluar lagi, lalu masuk ke ruang kerjanya. Dia membuka komputernya di ruang kerjanya di samping kamar tidur mereka.
Sebuah PC yang dirakitnya sendiri, karena dia memang hobby mengutak-ngatik computer. Spesifikasi komputernya lumayan gahar kalau hanya untuk urusan ketik-mengetik, menonton YouTube, mendengarkan music, dan surfing di internet. Casing Simbada model tua yang model tebal untuk motherboard ukuran ATX murni, prosesor i5 3570, motherboard Asus Socket 1155, RAM 16 GB, SSD 1 Tb dan ditambah satu HDD 2 Tb, PSU Cooler Master 600 Watt, monitor LED 4K LG 24 Inchi, speaker Logitec Z906 5.1, serta keyboard logitech-wireless-desktop-mk320 yang dilengkapi dengan mouse.
Kebiasaannya merakit computer sendiri ini bermula ketika dulu dia membeli sebuah computer rakitan dengan prosesor Intel 386 DX dengan kecepatan hanya 33Mhz. PC Desktop ini menjalankan Windows 3.11., yang mungkin saja ada yang tidak pernah mengenalnya saking lawasnya.
PC nya masih menggunakan HHD 500 Mb, Floppy disk 5” dan 3.5”. Monitornya masih CRT 14 inches. Jika kita menghidupkan computer itu, maka proses menunggunya selesai booting sempat kita gunakan untuk masak nasi terlebih dahulu di dapur.
Suatu saat computer ini rusak, sehingga harus dikirimkan ke ibukota provinsi karena di kota tempat tinggal Adelio belum ada service centrenya. Bahkan di kota itu yang punya computer di rumahnya belum sampai 5 orang.
Tetapi malangnya, setiap kali dikirimkan kembali ke kota Rotan, computer itu selalu rusak kembali. Hal ini dikarenakan pada waktu itu jalan ke kota tempat Adelio tinggal kondisinya seperti bekas perang dunia kedua saja. Berlobang, berbatu-batu besar, tanah kuning dan juga sering banjir.
Setelah lebih dari lima kali rusak karena proses pengiriman bolak-balik ini, akhirnya Adelio nekat memperbaikinya sendiri. Karena kalau dipikir-pikir seandainya rusakpun, ya sudahlah. Daripada seperti sekarang kondisi computer juga tidak bisa di pakai.