Adelio kembali menarik nafas panjang. Lama dia bertatapan dengan Irabelle dan kemudian beralih ke Jafar. Jafar hanya tersenyum.
“Atau begini saja,” desahnya sambil menarik nafas panjang. “Kalian berdua boleh menceritakan kelakuannya, tetapi tidak usah menyebut nama orangnya atau jabatannya ataupun ciri-ciri pelakunya,” tukas Adelio akhirnya.
Karena dia menghargai maksud baik dari kedua suami isteri ini yang sudah rela datang ke rumah mereka. “Karena semua itu semua sudah lewat dan juga saya tidak mau memendam dendam terhadap mereka. Saya sudah memaafkan mereka dalam hati saya dan sama sekali tidak ada dendam dan amarah di hati saya. Dendam itu tidak baik, karena akan meracuni diri sendiri. Biarlah kesalahannya itu dia pertanggung-jawabkan sendiri dengan Tuhan.”
“Baiklah, kami rasa begitu bagus juga.” Kata Nuraini lagi, sungguh terkejut ketika mendengarkan bagaimana baiknya hati Adelio. Irabelle sunggubh beruntung mendapatkan laki-laki yang hatinya damai seperti itu.
“Jadi kurang lebih beginilah ceritanya Pak,” papar Nuraini melanjutkan ceritanya.
“Yang pertama, banyak yang tidak senang dengan Bapak menjadi ketua. Karena Bapak tidak berani berspekulasi memainkan uang untuk anak-anak buah Bapak. Saya tahu, pasti Bapak mengatakan jika mereka sudah di gaji dan banyak uang-uang lain seperti perjalanan dinas, honor, THR, gaji ke-13, dan lain sebagainya, sehingga tidak perlu lagi mengolah uang yang seharusnya bukan hak kita.”
Adelio tersenyum sambil mengangguk-anggukan kepalanya. “Betul sekali itu. kitakan sebenarnya sudah mendapatkan gaji.”
“Yang kedua, mereka marah ketika Bapak tidak mau membuat bill hotel palsu ataupun tiket pesawat palsu, selalu mengembalikan kelebihan uang perjalanan dinas, dan melaporkan kerusakan dalam hal service kendaraan secara apa adanya. Sementara Bapak menyerahkan semuanya kepada sekretariat untuk menanganinya,” tutur Nuraini sambil menarik nafas.
Jangan memeras, jangan merampas. Cukupkanlah dirimu dengan gajimu, pikir Adelio hatinya.
“Yang ketiga, upaya memecat anggota KPU Kabupaten Rotan, adalah di dukung oleh seseorang di sekretariat provinsi yang isterinya adalah calon legislatif di salah satu kabupaten, kemudian isterinya ini satu partai dengan calon Dewan pusat. Jika anggota KPU Rotan di pecat, maka hasil pemilu dianggap tidak legitimate, sehingga Mulawarman bisa di pecat juga di pusat dan kawan isteri seseorang di provinsi tadi bisa naik sebagai PAW Mulawarman di pusat,” tutur Nuraini lagi.
Menarik. Sepertinya memang ada skenarionya.
“Ada seseorang di internal KPU Rotan ini yang keluarganya ingin menjadi anggota KPU di kabupaten Rotan, padahal dia berasal dari kabupaten lain yang jaraknya melintasi 5 kabupaten. Konon beritanya, dengan membuat KTP dengan menyogok kepala dinas DukCapil kabupaten Rotan,” tambah Nuraini.
Itu saya ada dengar, lamun Adelio dalam hatinya sambil menarik nafas panjang.