“Adooowww…”Jerit Nuraini tanpa sadar ketika mendapat sebuah cubitan keras dari Irabelle. Semua orang pada melihat ke arah mereka.
“Sudah. Sudah. Nanti malah jadi gossip di sini!” seru Adelio mencoba menengahi mereka. Dia juga merasa kasihan melihat Gracelina atau Irabelle itu menjadi sasaran olokan kawan-kawannya yang lain. Sementara pak sekretaris hanya tertawa saja melihat tingkah polah para anak buahnya.
“Bapak harap, kita semua bisa bekerja sama. Saling membantu dan bekerja dengan tulus. Tidak boleh saling menikung. Tidak boleh ada dusta diantara kita. Jika ada persoalan, jangan bicara dibelakang, itu tidak baik. Kita bekerja untuk negara, di sebuah Lembaga yang sering menjadi sorotan publik. Kita harus menjaga marwah Lembaga ini. Yang paling penting, kita harus tetap berintegritas apapun situasinya,” tukas Adelio memberikan brain storming di awal perjumpaan mereka ini. Dengan sendirinya saling olok dan goda dintara mereka berhenti dengan sendirinya.
“Sebelum kita bubar sore ini ... ini yang terakhir,” tambah Adelio menegaskan. “Pemilu sudah di depan mata. Hari H nya tinggal beberapa bulan lagi, artinya tidak beberapa lama lagi kita akan sangat sibuk dengan penerimaan logistik seperti surat suara dan formulir-formulir dan menyortirnya, melakukan sosialisasi ke lapangan, memutahirkan data pemilih, melakukan pelatihan dan bimbingan teknis, pertemuan-pertemuan dan kegiatan dengan pihak terkait, melayani para peserta pemilu, mendistribusikan logistik ke lapangan, dan lain-lainnya. Banyak diantara pekerjaan ini harus kita lakukan secara simultan. Oleh sebab itu, kita harus tetap dalam keadaan sehat. Jaga kondisi kalian, jangan mengerjakan hal-hal di luar tugas KPU jika tidak terpaksa. Makan yang sehat dan bergizi. Bila perlu konsumsi suplemen. Apakah bisa dipahami, kawan-kawan?” Tanya Adelio menegaskan diakhir pembicaraannya.
“Paham, Bapak.”
“Bagus. Artinya kita akan sukses dalam melaksanakan pemilu serentak di tingkat kabupaten Rotan tahun ini. Oh ya, mungkin kita perlu kotak saran, pak sekretaris?”
“Bisa, Pak. Bisa kita buatkan itu.”
“Nah, bagi anggota keluarga kita di sini kalau ada hal-hal yang mau disampaikan, tetapi tidak enak. Maka masukan saja ke dalam kotak saran itu, ya? Kalau tidak enak, namanya boleh tidak ditulis tetapi dimasukan dengan anonym saja.”
“Baik, Pak.”
“Okay. Pembicaran sore ini kita cukupkan saja sampai di sini,” kata Adelio sambil tanpa sengaja melirik ke arah Irabelle. Rupanya yang dilirik pun sedang memandang kepadanya dengan penuh perhatian. Keduanya lalu sama-sama terenyum.
Tanpa diketahui oleh Adelio, seseorang staff laki-laki menatapnya dengan tidak senang, karena sepertinya Adelio ada perhatian khusus dengan Irabelle.
***
Baru saja Adelio mau pulang, tiba-tiba seorang staff bagian data pemilih dengan sangat terburu-buru datang menghampirinya.
“Pak, maaf. Sepertinya kita ada masalah dengan data pemilih kita,” bisiknya lirih.
“Oh, ya. Masalah apa?” tanya Adelio.
“Ini, Pak. Kawan-kawan operator lagi bingung dengan nomor Induk Kependudukan atau NIK beberapa pemilih. Sebaiknya Bapak ke sana saja.”
“Ruangan operator data kita di mana?” tanya Adelio.
“Di lantai tiga, pak.”