Integritas Penyelenggara Pemilu

Yovinus
Chapter #9

09-Bertemu Sabda Waja

Adelio terkejut bukan main ketika sepeda motor yang sedang dikendarainya itu, Yamaha RX King yang sedang dikendarainya melaju jadi semakin cepat. Padahal handle gasnya tidak dinaikan, tetapi semakin lama semakin meraung. Motornya makin lama makin melaju dan semakin cepat. Eh, macam kerasukan iblis saja ini motor.

Berkali-kali dia berusaha menurunkan handle gasnya, tetapi sepertinya tidak punya pengaruh sama sekali. Motor itu tetap melaju semakin kencang, sehingga suaranya mengaung seperti motor orang yang sedang balapan. Ada juga baiknya jalan di tempat itu lurus dan juga sedang tidak ada orang yang lalu lalang. Mati salai, ini sih Motogp. Kayak Valentino Rossi saja, gumamnya dalam hati.

Busyet. Ada apa ini motor. Untung sepeda motor itu tipe yang menggunakan kopling. Tidak kehabisan akal, Adelio menarik tuas koplingnya dan menarik rem tangan dan menginjak rem kakinya secara perlahan secara bersamaan.

Akhirnya sepeda motornya itu mulai melambat, lalu setelah beberapa lama kemudian berhenti total. Tetapi mesinnya tetap hidup sehingga menghasilkan suara keras meraung-raung yang memekakan telinga. Adelio tetap menahan koplingnya agar tidak lepas, sehingga motor itu tidak bergerak maju. Apa yang harus kulakukan? Adelio berpikir keras.

Oh. Dapat. Sambil tidak melepaskan koplingnya, Adelio berusaha mendorong motor itu ke pinggiran jalan, membaringkannya diatas tanah dan baru melepaskan koplingnya. Motornya lalu mengaung full dan ban belakangnya berputar cepat. Syukur cepat dapat akal, Thanks God.

Bagaimana mematikannya. Lalu Adelio terpikir untuk mengunci karburatornya, sehingga ketika BBM di karburator habis maka mesin otomatis mati sendiri. Benarlah, sekitar 5 menit kemudian motornya mati dengan sendirinya.

Jalan kaki lagi, deh. Sungutnya dalam hati. Motor itu stangnya di kunci, ditutup dengan mantelnya, lalu ditinggalkannya di situ. Mudah-mudahan tidak di curi atau dipreteli sebagai besi bekas untuk dijual kiloan oleh pemulung yang lewat.

Sebenarnya Adelio mendapatkan satu jatah motor dinas luar untuk keperluan seperti ini, tetapi karena kemarin berebut antara sesama anggota dan juga naka-anak sekretariat, Adelio mengalah saja.

Menurutnya sungguh memalukan jika persoalan motor dinas saja harus bertengkar antar sesama. Padahal sebenarnya motor itu jelas pembagiannya untuk siapa, tetapi ada saja orang yang tidak mau tahu dan tetap ngotot minta jatah untuk dirinya. Apalagi jenis motor yang mau dibagikan itu adalah Honda CRF 150 cc, jadi jelas-jelas sangat menggiurkan untuk di bawa ke lapangan.

Akhirnya dia memutuskan untuk tetap menggunakan motor pribadinya, tetapi nanti oleh pihak sekretariat akan dibantu BBM untuk setiap bulannya.

Adelio mengeluarkan HP-nya, mencoba menelpon anggota PPK di Monuh. Lama sekali tidak di angkat. Di lihatnya lagi dengan teliti ke layar HPnya. Busyet lagu lama, tidak ada sinyal.

Ya udah, jalan kaki saja. Memangnya gue pikirin. Bisik Adelio dalam hati sambil dengan tenang memanggul tas ransel lapangannya lalu berjalan santai di tepi jalan bertanah kuning itu menuju ke arah kota di depan. Mungkin tidak jauh lagi, sekitar 7 kilometerlah.

Adelio melihat ke arah handphonenya, mau melihat keadaan cuaca. Welleh, lupa lagi. Tidak ada sinyal. Karena cuaca sangat cerah dan cenderung sangat panas. Tadi dia ingin melihat ketinggian sinar ultra violet, karena kalau terlalu tinggi, maka dia akan beristirahat terlebih dulu, nanti lagi melanjutkan perjalan setelah agak sore. Jangan sampai sinar ultra violet tinggi itu memicu kanker kulit. Tapi yah, sinyal lagi yang jadi persoalan.

Sebuah mobil fortuner 4 x 4 melaju dari arah belakang, melewati Adelio sampai sekitar dua ratusan meter dengan menerbangkan debu tanah yang cukup banyak. Tetapi lalu tiba-tiba berhenti dan beberapa saat kemudian mundur lagi ke belakang dengan perlahan dan berhenti di dekat Adelio yang sedang berjalan kaki.

Tak lama kemudian, seseorang laki-laki keluar dari dalam mobil ditemani oleh beberapa orang yang mengawalnya. Tingginya sekitar 180 cm, dengan rambut sudah tipis tetapi masih hitam. Mungkin di semir.

Pak Sabda Waja. Salah satu kontestan calon Bupati, gumam Adelio dalam hatinya.

“Wah, pak Ketua. Mengapa berjalan kaki?” serunya ramah dan berwibawa.

Lihat selengkapnya