Akhirnya Irabelle bersama beberapa orang staff akan menyusul besok pagi-pagi, menggunakan mobil kantor. Karena pelatihannya akan dilaksanakan pada pagi hari besoknya sekitar jam sembilan, menyesuaikan jam kepulangan orang-orang di sini dari menoreh karet.
Kalau dia bukan ketua KPU, suka saja dia membawa Irabelle berboncengan naik sepeda motor berdua. Apa lagi dia lihat janda muda itu semakin menarik saja. Sehingga bayangan Irabelle sering mengisi ingatannya.
Tetapi untuk menjaga image, Adelio tidak berani melakukannya. Lain halnya kalau naik motor masing-masing, masih bisa ditolerir. Kalau berboncengan berdua? Kacau dunia persilatan.
“Pak…” Tiba-tiba kedengaran suara seseorang laki-laki memanggilnya lantang. Adelio terkejut dan menoleh ke depan, rupanya ketua PPK Monuh yang datang, mengendarai MX King.
Karena saking asyiknya melamunkan janda muda tadi, dia tidak memperhatikan kedatangan ketua PPK itu.
Untung orang tidak bisa membaca pikiran, keluh Adelio dalam hatinya, karena tadi baru saja dia sempat mengkhayalkan janda kembang di kantornya itu.
“Pakai helm, Bapak?”
“Jelas dong Pak,” sahut Adelio sambil menerima helm yang diulurkan oleh pak Rahmat.
“Siapa tahu Bapak tidak mau pakai helm, soalnya di sini sangat jarang ada rajia dari pihak kepolisian.”
“Kita pakai helm kan untuk keselamatan kita sendiri, Pak. Bukan karena takut dengan polisi,” jelas Adelio. Pak Rahmat hanya tersenyum sendiri. Karena bagi orang-orang itu memakai helm kebanyakan karena takut Razia polisi saja sebenarnya, bukan karena kesadaran akan keselamatan diri sendiri dan yang dibonceng.
“Jangan terlalu laju ya Pak,” bisik Adelio setelah naik di boncengan pak Rahmat. Tas ranselnya tidak dilepaskan dari punggungnya. “Saya ini orangnya takut dengan kecepatan tinggi.”
“Siap Bos,” tukas pak Rahmat sambil menaikan gas motornya sedikit dan mulai melaju ke arah kota Monuh.
Perjalanan terasa nikmat, karena hembusan angin menerpa wajah mereka, sehingga kalau tidak mampu menahannya, bisa tertidur karena seperti berada dalam ayunan.
Itulah bahayanya orang yang duduk di boncengan. Kalau yang membawa sepeda motor sih pasti selalu waspada.
***
“Bismillahhirohmanirahim,” bisik pak Jarot Winarno ketika membuka rapat mereka pada malam itu. “Alhamdulillahirobbilalamin.”