Integritas Penyelenggara Pemilu

Yovinus
Chapter #11

11-Bantuan Cash Untuk Para Kontestan

Sabda Waja dan wakilnya sedang duduk berdiskusi dengan Banu Naufal dan Reinaldo calon wakilnya di sebuah kamar VIP di sebuah hotel di kota Antah Berantah yang lumayan mewah, sebuah hotel berbintang lima.

“Silakan diminum Pak,” kata Pak Sabda Waja menawarkan bir hitam kepada pak Banu Naufal yang sedang asyik memainkan handphonenya. Mereka baru saja selesai makan, yang semuanya dihidangkan di dalam kamar VVIP yang disewa oleh pak Sabda Waja itu. Di situ hanya ada mereka berempat. Tetapi kamar itu sebenarnya kamar untuk pak Sabda Waja, sementara untuk pak calon Wakilnya, untuk Pak Naufal dan Reinaldo masing-masing disewakan kamar lain oleh pak Sabda Waja.

“Terima kasih, Bapak. Sebentar ya, lagi tanggung nih,” desisnya sambil tersenyum-senyum melihat layar HPnya.

“Asyik sekali. WA siapa, sih?” tanya pak Sabda Waja penasaran juga.

“Aah, biasalah. Laki-laki,” tukas pak Banu Naufal sambil senyum dikulum.

“Kelas berapa?” tanya pak Sabda Waja lagi. Dia sudah paham, jika koleganya ini sedang berkirim pesan dengan seseorang ABG.

“Kelas dua SMU,” jelas pak Banu Naufal.

“Mainnya pandai, ndak?” Cecar pak Sabda Waja lagi.

“Wah, sudah profesional. Tapi memang masih terasa legit sih,” tukas pak Banu Naufal menjelaskan sambil matanya tidak beralih dari layar handphonenya.

“Nanti kapan-kapan saya perkenalkan dengan koleksi saya. Saya punya banyak, siapa tahu ada yang Bapak suka,” tawar pak Sabda Waja sambil tertawa.

“Boleh. Saya memang tidak pernah bosan dengan para ABG,” desis pak Banu Naufal sambil meletakan handphonenya.

Mereka berbicara tentang para ABG yang hidupnya sudah terbiasa dengan barang barang mewah, sementara kemampuan ekonominya tidak ada. Hal ini dimanfaatkan oleh para laki-laki hidung belang yang punya duit banyak dan memang menyukai para daun muda.

Mereka ini adalah seperti para kepala daerah, anggota dewan, pengusaha dan para lelaki berduit lainnya. Anak anak ABG itu rela ditiduri asalkan mereka dibelikan barang barang seperti Laptop, Handphone, pulsa dan kebutuhan hidup mereka lainnya. Dibandingkan dengan artis, konon katanya dengan para ABG jauh lebih mooyy.

Hal ini sudah hampir lumrah terjadi di negeri ini, hanya saja tidak terekspos ke luar. Meskipun masih ada juga kepala daerah dan anggota dewan serta orang berduit yang tidak suka berbuat amoral seperti itu, tetapi prosentasenya hanya sedikit.

Para ABG ini sangat disukai, karena mereka masih muda dan segar serta masih terasa sempit, katanya. Selain itu, konon bayarannya juga jauh lebih murah. Dibandingkan dengan para artis, mereka juga tidak rawan diketahui oleh publik. Kalau para artis itu baik itu artis apa saja seperti sinetron, penyanyi, dan bintang filem tarifnya juga sangat mahal, juga sangat beresiko karena menjadi incaran para paparazi.

“Sekarang kita kembali kepada inti pembicaraan kita, tiba-iba pak Sabda Waja memecah kesunyian diantara mereka. “Yaitu masalah bantuan yang saya minta,” kata pak Sabda Waja setelah koleganya ini sudah menghabiskan dua botol bir hitam.

Lihat selengkapnya