“Dia selalu bicara kejujuranlah. Kesetiaan dengan sumpah dan janji dan fakta integritaslah. Suara rakyat suara Tuhanlah. Integritas bukan hanya lips service sematalah dan lain sebagainya. Itulah yang selalu digaungkannya ketika melakukan sosialisasi di setiap tempat, sehingga sakit telinga saya mendengarnya.”
“Berbahaya orang seperti itu, Pak. Mana kita bisa menang tanpa bermain. Apalagi pak Jarot ini sangat disukai oleh masyarakat, popularitasnya semakin naik.”
“Bapak tenang saja. Kita sudah atur strategi untuk menghancurkannya. Tidak lama lagi dia akan dipecat.”
“Apakah bisa semudah itu, Pak?” selidik pak Banu Naufal semakin ingin tahu.
Pak Sabda Waja menarik nafas dalam. “Saya yakin bisa, Pak. Karena dia sangat tidak disukai,” jelasnya yakin.
“Jadi orang itu banyak musuhnya?”
“Tetapi karena dia tidak mau bertindak curang dengan makan uang KPU, maka musuhnya menjadi banyak, Pak. Kawan-kawannya, anak-anak sekretariat KPU, dan KPU Provinsi.”
“Wah, bakalan ramai nih kayaknya,” tukas pak Banu Naufal.
“Ya, Pak. Kawan-kawannya tidak suka karena dia tidak mau terima uang sogokan dari partai atau pun para kontestan, sehingga kawan-kawannya juga tidak enak kalau mau terima uang itu.
Anak-anak sekretariat sangat marah, karena mereka tidak ada lagi penghasilan tambahan selain gaji. Alasan Adelio itu karena mereka sudah punya gaji, jadi mengapa harus memainkan dan meng-SPJkan keuangan negara secara fiktif demi keuntungan pribadi?”
“Tapi apakah ada upaya dari kita, Pak?”
“Kita sudah atur semua, Pak. Bapak tenang saja. Kita sudah buat lembaga fiktif yang akan melaporkan dia melalui surat kaleng, bahwa dia terima banyak uang sogokan. Kita juga sudah siapkan orang-orang untuk selalu menerornya dengan SMS.
“Kemudian juga kita sudah membuat kesepakatan agar di saat mereka diminta konfirmasi, maka mereka akan memberikan keterangan yang menguatkan laporan kita. Hal ini saya yakin bisa terlaksana, karena semuanya mendukung. Sementara Adelio ketua KPU anjing bangsat itu hanya berjalan sendiri Pak,” tukas pak Sabda Waja geram sampai giginya bergemeretuk.
“Yalah kalau begitu, Bapak. Kita tunggu saja. Semoga semuanya bisa terlaksana seperti harapan kita.”
Mereka berempat lalu melanjutkan dengan minum-minum sambil tertawa hahahihi dan memesan Tabas lagi untuk campuran minuman mereka. Setelah agak larut malam, mereka baru kembali ke kamar masing-masing.
Mereka baru tertidur setelah mendekati subuh, setelah bergulat jungkir balik dengan para ABG pasangan masing-masing yang sudah mereka pesan datang ke hotel, sampai terlepas semua pakaian mereka dan terlempar di kiri kanan Roman Spring Bed hotel yang empuk itu.
Para calon pemimpin itu, yang selalu berbicara tentang integritas dan kesucian, yang selalu tampil alim dalam setiap kesempatan, tetapi di hotel mereka bermesum ria dengan para ABG. Karena para ABG ini sudah terpengaruh oleh siaran tak bermoral di handphonenya dan keinginan hidup enak tanpa mau berusaha keras dengan belajar dan menimba ilmu untuk masa depan mereka.
Para ABG itu tampil sopan di depan umum dengan asesoris keluguan mereka yang seperti bibadari, tetapi di bagian bawah tubuhnya sudah seperti jalan tol Jakarta-Surabaya di mana kepalan tangan saja lolos.
Dunia terus berputar mengikuti orbitnya, matahari selalu terbit di Timur dan tenggelam di Barat. Manusia menjadi malaikat di depan umum, tetapi dibalik layar menjadi iblis yang menggumbar nafsu birahi dan memboroskan uang negara.