Adelio dan pak Sekretaris menatap Ketua PPK itu. “Jadi all innya kira-kira berapa, Pak. Biaya mengantarkan logistik itu?” Tanya Bapak Sekretaris.
“Tidak bisa kurang dari delapan juta rupiah, Pak!” jawab ketua PPK Kari Jaya itu.
Adelio saling pandang dengan sekretaris. Karena uang untuk mengantar logistik hanya dianggarkan rata-rata Rp. 150.000 saja di DIPA KPU untuk satu TPS.
Meskipun selama ini biaya itu sering kali kurang, tetapi mereka pandai-pandailah menyiasatinya. Salah satu cara untuk mengakali kekurangan itu, selama ini mereka melakukan subsidi secara silang.
Yaitu, untuk TPS yang dekat dan tidak bermasalah, mereka kurangi jumlah bayarannya. Nantinya kelebihan dana itu mereka gunakan untuk menutupi biaya distribusi logistik ke tempat yang jauh dan medannya berat.
Tetapi delapan juta rupiah? Ambil uang dari mana?
“Kok bisa sebesar itu, Bapak?” tanya Adelio rasanya kurang percaya.
“Ini berkaitan dengan nyawa, Pak. Untuk mencari orang yang mau ke sana itu sangat sulit. Untuk biaya segini pun sudah termasuk murah. Malahan rata-rata mereka minta minimal sepuluh juta rupiah untuk satu orang saja,” tutur Ketua PPK kecamatan Kari Jaya menambahkan. “Sementara delapan juta ini untuk dua orang.”
Pelaksanaan Pemilu tinggal dua hari lagi. Kotak suara harus tiba di TPS paling lambat sore hari sebelum hari H-nya, gumam Adelio dalam hatinya.
“Apakah tidak ada yang lebih, murah Bapak?” tanya Pak Sekretaris.
“Kita tidak punya dana sebesar itu,” sambungnya. Sebenarnya dia malas berhubungan dengan ketua PPK ini. Karena hampir selalu tidak pernah murah kalau berurusan dengan dia.
“Oh, tidak ada. Sedangkan sejumlah ini saja belum tentu ada yang mau. Tapi tidak apalah, jika delapan juta rupiah, masih bisa saya usahakan untuk mencari orangnya. Itu nantinya bagaimana cara saya lah. Tapi saya jamin bisa,” tukasnya dengan nada meyakinkan.
“Kita tidak ada dana segitu, Bapak. Sebenarnya yang ada di DIPA itu hanya 150 ribu saja biaya antar logistiknya,” ujar Adelio ikut menegaskan.
“Yah, terserah KPU-lah. Bagaimana caranya. Kalau tidak, ya antar sendirilah kesana!” Tukas ketua PPK kecamatan Kari Jaya itu dengan ketus.
Adelio dan pak Sekretaris menarik nafas panjang. Memang mereka tahu kondisi jalan ke sana itu sangatlah sulit. Tetapi Delapan juta rupiah? No way. Keduanya saling pandang dan sudah saling mengerti.
“Bapak menginap di sini?” tanya Adelio kepada anggota PPK dari kecamatan Kari Jaya itu, sengaja mengalihkan pembicaraan.