Begitu Irabelle turun menuju ke truk, Adelio pun bangun dan menuju ke arah belakang ke tempat kasir dan membayar makanan mereka. Dia terpaksa menunggu lama karena kasirnya masuk kedalam ruangan belakang dan terlalu lama menukar uangnya.
Dari jauh itu sayup-sayup Adelio mendengar orang saling bentak. Awalnya dia tidak terlalu perduli, tetapi setelah semakin jelas jika salah satu dari suara bentakan itu adalah suara ketua PPK Tamenung, diapun jadi penasaran dan setelah menerima uang kembalian, dia segera berjalan menuju ke arah bawah.
Rupanya sedang terjadi perkelahian antara Markus ketua PPK itu dengan seseorang yang tidak dikenal oleh Adelio. Sementara Irabelle tampak ketakutan berdiri dibalik truk. Cepat Adelio turun melerai mereka.
“Sudah, tidak perlu berkelahi. Kalau ada masalah, kenapa tidak dikomunikasikan saja. Jangan pakai otot!” saran Adelio sambil mencoba berdiri di tengah kedua orang yang sedang berkelahi itu.
Adelio sama sekali tidak menyangka kalau seseorang yang tidak dikenalnya itu sedang melayangkan tinjunya dan memang sepertinya tidak ditahannya lurus menuju ke Adelio.
Karena tidak sempat mengelak, Adelio mengeraskan tubuhnya semaksimal mungkin dan sedikit merendah, sehingga tinjunya tepat mengenai pangkal bahu Adelio dan orang itupun terpental jatuh, rupanya tubuh Adelio terlalu kuat baginya.
Orang itu segera berdiri kembali, lalu menendang ke arah Markus. Karena Adelio berada di tengah, maka tanpa sengaja dia yang jadi sasaran. Pada saat bersamaan Markus juga menyerang dengan kakinya, sehingga secara serentak kedua orang itu melayangkan tendangan lurus dengan maksud saling serang dengan melalui tubuh Adelio.
Melihat hal itu Adelio sengaja melompat tinggi sambil melakukan salto berkali-kali di udara sehingga tubuhnya terbebas, tetapi akibatnya kaki kedua orang itu lalu saling sambut tendangan dan dengan tepatnya mengenai tulang kering mereka masing-masing. Keduanya sama-sama terpincang-pincang sambil meringis kesakitan.
“Hey, ada apa ini. Hentikan. Apa mau saya tahan semua?” tiba-tiba terdengar suara bentakan yang sangat berwibawa dan seseorang berseragam polisi dengan tubuh besar tinggi hampir mencapai dua meter maju ke situ. Adelio pun menoleh ke arah asal suara itu.
Pak Paulus, Kalpolsek Tamenung.
“Jayachandra dan Markus, apa-apaan ini? Ini wilayah yurisdiksi saya,” bentaknya tegas. “Kalian tinggal pilih, mau damai di sini atau saya bawa ke kantor polisi. Kalau damai di sini, selesai. Tapi kalau saya bawa ke kantor polisi, saya masukan ke dalam sel tahanan. Terserahlah, mau pilih yang mana,” tukasnya dengan suara yang sangat berwibawa.
Orang-orang berkerumun melihat perkelahian itu, tetapi tidak ada yang campur tangan. Kedua orang itu tampak ragu-ragu juga dengan ancaman Pak Kapolsek itu.
“Lebih baik kalian damai saja. Kalau tidak, maka terpaksa saya tahan. Apa kalian mau saya sel tanpa di sidang selama tiga bulan? Hah? Pikirkan itu. Coba lihat, tidak malukah kalian di tonton begitu banyak orang-orang ini?” tukasnya penuh ancaman sambil menunjukan bahwa begitu banyak orang yang menonton mereka.
Kedua orang yang barusan berkelahi itu lalu terdiam agak lama. Akhirnya keduanya sama-sama tertunduk. “Nah, kalau begitu, ayo saling minta maaf!” serunya kepada kedua orang itu.
Awalnya mereka tidak mau salaman, tetapi karena pak Kapolsek itu dengan tegas dan penuh wibawa menyuruh mereka, akhirnya keduanya terpaksa bersalaman.
Setelah bersalaman, kedua orang itupun lalu masuk mobil masing-masing. Orang asing itu memasuki mobil Pajero Sportnya, sementara Markus naik ke truk Mitsubishi Fussonya.
Pengendara Pajero Sport yang tadi Adelio dengar bernama Jayachandra melirik ke arah Irabelle dan Adelio dari dalam mobilnya dengan wajah tidak senang. Lalu dia duluan meluncur pergi.
“Eh, darimana Dek Ketua?” tiba-tiba pak Paulus nyeletuk ketika menyadari kehadiran Adelio. Dia segera menyorongkan tangannya dan keduanya saling bersalaman erat.
“Barusan makan, Bang. Kok Abang tiba-tiba ada di sini juga?” tanya Adelio agak heran bagaimana pak Paulus itu tiba-tiba sudah ada di dekat warung ini dan menghentikan perkelahian mereka.
Mereka sudah saling kenal lama, karena pak Paulus itu sekitar belas tahun yang lalu, pernah bertugas sebagai seorang anggota polisi di daerah Momalluh daerah asal Adelio.
“Saya sebenarnya ke sini mau sarapan pagi juga. Biasalah kalau di sini ini saya jadi bujangan lokal,” jawabnya sambil tertawa terkekeh-kekeh.
“Aduh, mohon maaf, Abang. Kami mau berangkat menuju ke Rotan, ya.” Tukas Adelio sambil mengatupkan kedua telapak tangannya. “Soalnya kami buru-buru.”