Integritas Penyelenggara Pemilu

Yovinus
Chapter #30

30-Dimarahi Ayah Karena Tidak Diantar Ke Terentang

“Kami sibuk di kantor, Ayah.”

“Sibak-sibuk sibak-sibuk. Kami dulu sebagai pegawai negeri saja tidak seperti kalian. Kami masih punya waktu untuk duduk-duduk ngopi di pasar.”

“Kami tidak bisa, Ayah. Kalau tidak sesuai jadwal tahapan, itu melanggar kode etik. Sehingga jika hal itu sampai terjadi, kami akan di pecat!” tukas Adelio berusaha menjelaskan kepada Ayahnya.

“Aaah. Memangnya diri kalian itu siapa? Kalian begitu hebat, kah? Memangnya kerjanya kalian itu lebih hebat lagi dari kami yang pegawai negeri, hah?” bentak ayahnya marah.

Adelio tidak membantah lagi, karena dia tahu ayahnya akan sangat marah jika menganggap pegawai negeri itu banyak yang suka nongkrong di pasar dari pada bekerja di kantor.

“Kita tidur saja ya, Ayah. Saya capek benar. Besoklah saya antar ayah ke Terentang,” desinya kembali berbohong, karena mana mungkin dia punya waktu untuk mengantarkan ayahnya itu.

Tetapi kalau tidak berbohong begitu meskipun itu terpaksa dia lakukan, maka ayahnya akan marah besar dan bisa sampai dunia kiamat dia akan tetap marah-marah.

Adelio mengunci semua pintu dan jendela dan menyimpan kunci pintu utama, takut ayahnya pergi lagi seperti tempo hari. Lalu dia pergi ke WC untuk mencuci kaki dan tangannya, serta menyikat gigi dan setelah itu masuk ke kamar.

 

Besoklah bagaimana caranya mencari akal menjelaskan kepada orang tua itu.

 

***

 

Sebelum pukul 07.00 WIB, Adelio sudah hadir di TPS tempatnya memilih. Ketua KPPS yang mengenalinya segera mendekat. “Pak, Bapak saja yang memimpin sumpah dan janji serta pembukaan kotak suara, ya?”

“Janganlah! Bapak saja. Itu memang tugas Bapak.”

“Saya tak enak, Pak. Bapak kan ketua KPU.”

“Tapi di sini Bapak yang ketuanya. Dan Undang-undang telah menggaris bawahi, itu kewenangan Bapak.”

“Jadi tidak apa-apa toh, Pak?”

“Ya. Tidak apa apa. Kerjakan saja. Jangan takut.”

“Ya, deh pak. Mohon ijin. Nanti tolong ingatkan kalau ada yang salah ya Bapak,” ujarnya ragu-ragu. Adelio hanya mengangkat jempolnya sambil tersenyum.

Lihat selengkapnya