Kau ingin menceritakan sesuatu kepadaku, bukan? Apa yang kau coba katakan? Aku merasa seakan-akan sudah lama melantur dari percakapan ini. Aku berhenti berkonsentrasi, aku memikirkan sesuatu yang lain, melanjutkan pekerjaan lain, aku tidak mendengarkan, dan aku tidak memahaminya. Well, kini kau mendapatkan perhatianku. Namun, mau tak mau aku berpikir telah kehilangan beberapa poin yang lebih penting.
Ketika mereka datang untuk memberitahuku, aku marah. Mula-mula lega karena, ketika dua petugas polisi muncul di ambang pintu rumahmu, persis ketika kau sedang mencari tiket kereta apimu, hendak bergegas keluar untuk bekerja, kau mengkhawatirkan yang terburuk. Aku mengkhawatirkan orang-orang yang kusayangi—teman-temanku, mantanku, orang-orang yang bekerja bersamaku. Namun, ini bukan mengenai mereka, kata kedua polisi itu, ini mengenai dirimu. Jadi, aku merasa lega, sejenak saja, lalu mereka memberitahuku apa yang terjadi, apa yang telah kau lakukan, mereka mengatakan kau berada di dalam air, lalu aku marah. Marah dan takut.
Aku memikirkan apa yang hendak kukatakan kepadamu setibanya aku di sana, betapa aku tahu kalau kau melakukan itu untuk membuatku jengkel, untuk membuatku marah, untuk membuatku takut, untuk mengganggu hidupku. Untuk menarik perhatianku, untuk menyeretku kembali ke tempat yang kau inginkan untukku. Dan, selamat, Nel, kau berhasil: di sinilah aku berada, walaupun aku tak pernah ingin kembali, untuk mengurus putrimu, untuk membereskan kekacauan keparatmu.[]