Dahulu kala di sebuah negeri, hiduplah seorang gadis bernama Cinderella. Gadis cantik yang baik hati ini adalah anak dari seorang saudagar kaya.
Tapi nasib malang menimpanya, Ibunda tercintanya telah meninggal dunia, meninggalkan dirinya selamanya. Dia sedih, karena harus sendirian di rumah besar ini. Sedangkan Ayahnya harus bekerja ke luar kota untuk menjual barang-barang.
Dan saat Ayahnya pulang, dia membawa calon istri dan kedua anak perempuan. Di saat sang Ayah bekerja, mereka menyiksa Cinderella. Cinderella yang inilah, Cinderella yang itulah.
Hingga suatu hari datanglah utusan dari Istana, dan mengundang seluruh rakyatnya untuk menghadiri pesta dansa.
Diam-diam Cinderella ikut dalam pesta dansa itu, dan dia bertemu dengan seorang Pangeran tampan yang baik hati.
"Stop baca buku dongeng, lo hidup di jaman modern ya!" Riana memutar bola matanya, saat sahabatnya menarik buku cerita yang dia baca.
"Nggak papa kali, daripada gue harus rela dengerin ocehan tetangga gue, tanya mulu, kapan kawin Mbak?" Devi tertawa mendengarnya.
Devi sih santai-santai saja, karena beberapa bulan lagi, dia akan menikah. Dan yang lebih parahnya lagi adalah ada yang menyarankan Riana agar di ruat, supaya enteng jodoh.
Kepala Riana benar-benar sudah pusing. Ini bahkan sudah minggu kedua sejak pertanyaan dari kedua orangtuanya diajukan. Dia bahkan masih belum menemukan jodohnya.
Yang lebih membuatnya pusing adalah, orangtuanya telah memberikan deadline padanya pagi ini.
Ini masalah jodoh lho, bukan review masakan atau riset untuk surat kabar yang harus ada deadline. Kepala Riana rasanya pusing tujuh keliling, mungkin bintangnya sudah mengelilingi kepala cantiknya itu.
Riana menutup buku bacaan itu, berharap ada seorang pangeran yang siap meminangnya untuk di jadikan istri.
Reno menghampiri dirinya yang sedang sibuk mencatat buku-buku anak yang beraneka judul. Agar segera dia serahkan pada Ana.
"Fina kemana?" Riana melirik sekilas Reno yang berdiri di sampingnya itu. Dia sudah berusaha sekuat tenaga untuk move on.
"Lagi di suruh ke cabang" jawabnya sekilas, dia berusaha membatasi untuk bicara berdua dengan Reno.