Riana menghela nafas beberapa kali, sebelum dia keluar dari kamarnya. Dia tidak sengaja mendengar perbincangan antara Ibu dan Ayahnya, membahas masalah jodoh.
Lagi dan lagi, masalah jodoh ini kembali di perbincangkan oleh mereka berdua. Tentunya, saat membahas itu, hanya mereka berdua. Tanpa Riana.
Tentunya Riana tahu, kenapa saat dia tidak bersama mereka, barulah perbincangan masalah jodoh dirinya di bahas.
Sekali lagi, kenapa harus membahas masalah jodoh? sedangkan dirinya masih sendiri, alias jones. Jomblo ngenes.
"Pagi Bu, Yah" sapa Riana pada kedua orangtuanya.
Meja makan kini terasa sepi, tidak ada topik yang harus dibicarakan. Riana menghindari pertanyaan seputar jodoh. Dan kedua orangtuanya, menghindari pertanyaan itu pada Riana.
"Ri ... " panggilan kesayangan dari kedua orangtuanya.
"Iya Bu?" Riana menguatkan hatinya untuk mengantisipasi pertanyaan apa yang akan diajukan oleh ibunya pagi ini.
"Anak teman Ayah, besok nikah" jantung Riana kembali berdetak cepat, apakah ini yang dinamakan cinta? bukan hei.
Riana rasanya ingin segera berangkat kerja saja sekarang. Rasa makanan ini sudah hambar di mulut. Padahal ini adalah makanan favoritnya.
"Kamu kapan Ri nyusul? dia seumuran sama kamu"
Rasanya Riana ingin garuk-garuk tembok saat ini. Apalagi yang harus di balas? berangkat dan pulang kerja saja, selalu diantar jemput oleh Ayahnya. Kapan bisa dekat dengan makhluk yang bernama lelaki.
"Bu ... "
"Mau sampai kapan kamu sendiri Ri? Ayah dan Ibu, sudah bertambah umurnya" terjeda sesaat karena helaan nafas Ayahnya, "keluarga kita itu menganut menikah muda Nak, kamu sendiri sudah umur 25"
Riana hanya diam, rasanya dia sedih sekali. Ayah yang tidak banyak bicara, sekarang berbicara seputar jodoh yang tak kunjung datang.